BLT Akan Ikut Dorong Inflasi
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bisa memicu terjadinya inflasi
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bisa memicu terjadinya inflasi. Meski sejauh ini pemerintah belum memastikan kapan harga BBM bersubsidi itu akan naik, namun beredarnya wacana untuk menaikkan harga BBM bersubsidi tetap akan memicu terjadinya inflasi.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar, Gema Purwana mengatakan, kenaikan harga BBM bersubsidi selalu memengaruhi kenaikan harga komoditi lain. Karena itu, inflasi pun terpengaruh.
"Sejauh ini belum tampak sehingga kami belum bisa memotret. Tapi kenaikan harga BBM bersubsidi itu kan bukan sekadar harga BBM yang naik tapi komoditas lain juga ikut naik. Biaya angkutan juga akan naik, dan barang-barang yang diangkut juga ikut naik," ujar Gema dalam jumpa pers di Kantor BPS Jabar, Rabu (1/5/2013).
Gema mengungkapkan, jika harga BBM bersubsidi jadi naik pada bulan ini, tentu inflasi Mei 2013 juga akan naik. Biasanya, kata dia, kenaikan harga BBM memengaruhi kenaikan harga lainnya sebesar 1-2 persen.
"BBM naik juga katanya akan dibarengi dengan bantuan langsung tunai (BLT). Kalau ada BLT berarti tingkat konsumsi masyarakat akan terpengaruh, ikut naik juga. Kalau begitu, permintaan atas barang juga akan naik dan pasti ada kenaikan harga-harga dan mendorong inflasi," katanya.
Meski demikian, kata Gema, tidak semua komoditas mengalami kenaikan seiring naiknya harga BBM bersubsidi. Menurut dia, ada beberapa komoditi yang justru mengalami penurunan harga sehingga mendorong deflasi. Komoditi yang turun harga, biasanya adalah komoditi yang tidak memiliki hubungan langsung dengan kenaikan harga BBM bersubsidi.
Sementara April 2013, Jabar mengalami deflasi sebesar 0,13 persen. Dengan begitu, inflasi tahun kalender 2013 (year to date) di Jabar menjadi 2,52 persen, dan inflasi dari tahun ke tahun (year on year) menjadi 5,52 persen.
Deflasi di Jabar pada April 2013 dipengaruhi oleh turunnya harga bumbu-bumbuan. Bawang putih, beras, daging ayam ras, bawang merah, cabai rawit, dan tomat sayur adalah beberapa komoditi yang mendorong terjadinya deflasi. "Harga bumbu-bumbuan pada April turun sehingga mendorong deflasi," kata Gema.
Kondisi ini terbalik dengan apa yang terjadi pada Februari dan Maret 2013, di mana kelompok bumbu-bumbuan justru menjadi pendorong inflasi tertinggi di Jabar.
Dari tujuh kelompok pengeluaran, kata Gema, beberapa di antaranya mengalami deflasi seperti kelompok bahan makanan sebesar 1,37 persen, kelompok sandang (0,52 persen), dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (0,03 persen).
Sementara kelompok yang mengalami inflasi antara lain kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,32 persen), kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,95 persen), kelompok kesehatan (0,17 persen), dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (0,04 persen). (roh)
Deflasi di Tujuh Kota Jabar
No Kota Tingkat Deflasi
1 Cirebon 0,58 persen.
2. Tasikmalaya 0,43 persen
3. Sukabumi 0,24 persen
4. Bandung 0,21 persen
5. Bogor 0,12 persen
6. Depok 0,05 persen
7. Bekasi 0,04 persen
sumber: BPS Jabar