HSBC Bakal Merumahkan 14 Ribu Karyawan
HSBC Holdings PLC menyatakan bakal merumahkan 14 ribu karyawannya dari berbagai belahan dunia.
Penulis: Budi Prasetyo
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM LONDON - HSBC Holdings PLC menyatakan bakal merumahkan 14 ribu karyawannya dari berbagai belahan dunia.
Keputusan ini adalah bagian dari upaya mereka meningkatkan imbal bagi pemegang saham, serta demi beradaptasi terhadap iklim ekonomi dan regulasi yang lebih ketat.
CEO HSBC Stuart Gulliver mengatakan pengurangan karyawan itu bisa mendatangkan penghematan hingga 3 miliar dollar Singapura per tahun. Sebelumnya, Gulliver berhasil menghapus 4 miliar dollar Singapura dari pos pengeluaran tahunan sejak ia meluncurkan strategi baru dua tahun lalu.
Pada saat itu, HSBC berupaya berhemat dengan merumahkan 46 ribu karyawan. Bank itu juga menjual atau menutup 50 lebih unit bisnisnya, termasuk cabang di Rusia, Thailand, dan Kolombia.
Kalangan perbankan global telah bergulat mengatasi pengeluaran sejak era krisis finansial. Pihak regulator mensyaratkan memegang lebih banyak modal, sebagai upaya menangkal potensi keruntuhan ekonomi. Sementara itu, pemegang saham menuntut dividen yang lebih tinggi serta pemangkasan gaji eksekutif maupun karyawan. Situasi ekonomi global yang loyo memperparah situasi, dengan mencegah pertumbuhan angka pemasukan.
Walaupun HSBC menerapkan langkah penghematan, Gulliver memperkirakan banknya masih akan kesulitan mencapai target return on equity 12 persen hingga 15 persen tahun ini. Tapi, lanjutnya, HSBC semestinya bisa meraih target tersebut pada kurun 2014-2016 ketika investasi segar dalam perbankan komersial dan pasar berkembang mulai menunjukkan hasil.
Dalam presentasinya mengenai strategi HSBC untuk periode tersebut, Gulliver berkata pemangkasan karyawan “akan tersebar ke seluruh dunia” sehingga bank itu hanya memiliki sekitar 240 ribu karyawan penuh waktu pada 2016.
Gulliver menegaskan bahwa HSBC masih menerapkan strateginya yang diluncurkan tahun 2011, yakni fokus pada 22 “pasar prioritas” dan mencari peluang dari pertumbuhan arus perdagangan internasional.
Menurutnya, pengendalian biaya mendapat peran yang kian penting dalam upaya bank itu mencapai target. Pemasukan masih terhambat oleh krisis zona euro, suku bunga rendah, serta kinerja ekonomi global yang lesu.
“Industri perbankan kini harus bisa mengelola pengeluaran, seperti yang terpaksa dilakukan sektor lain selama ini,” ujarnya.
Tapi Gulliver merasa optimistis melihat prospek HSBC dalam “iklim perbankan yang baru.” Saat ini ia mencurahkan perhatian di HSBC di Hong Kong dan Inggris; negara ekonomi maju seperti Amerika, Jerman, dan Prancis; serta ekonomi yang tumbuh pesat seperti Indonesia, Cina, dan Brasil. Dengan cara itu, Gulliver meramalkan pemasukan dan aset bisa tumbuh sekitar 8 persen-9 persen per tahun. (Wall Street Journal)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.