Ketidakpastian Kenaikan Harga BBM Melemahkan Rupiah
Ketua Perbanas Sigit Pramono menilai, ketidakpastian kenaikan harga BBM bersubdisi, kembali menekan nilai tukar Rupiah.
Penulis: Arif Wicaksono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono menilai, ketidakpastian kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubdisi, kembali menekan nilai tukar Rupiah.
Ia meminta pemerintah segera menaikkan harga BBM, karena memicu pelemahan Rupiah.
"Ketika di IBEX, kami imbau pemerintah apakah harga BBM mau naik atau tidak? Pelemahan ini kan dampak ketidakpastian," kata Sigit di sela konferensi Press Jazz Gunung 2013 di Jakarta, Senin (10/6/2013).
Menurut Sigit, selain faktor ekonomi global, kondisi ekonomi di Tanah Air juga sangat berpengaruh terhadap kestabilan nilai tukar Rupiah.
Nilai tukar Rupiah merosot karena capital inflow meningkat, sehingga cadangan devisa menurun. Sementara, Rupiah terus melemah.
Sigit menambahkan, tekanan nilai tukar juga akan berdampak pada tingginya biaya operasi moneter Bank Indonesia. Inilah yang menyebabkan tergerusnya cadangan devisa Indonesia.
Data Bank Indonesia menunjukkan, cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2013 menurun sebesar 2,26 miliar dolar AS, atau turun dari posisi April 2013 sebesar 107,26 miliar dolar AS menjadi 105 miliar dolar AS pada akhir Mei 2013.
Sigit Pranomo di hadapan Wakil Presiden Boediono juga pernah mendesak pemerintah segara menaikkan harga BBM. Pernyataan tersebut diungkapkan saat menyampaikan sambutan pada pembukaan Indonesia Banking Expo (IBEX) 2013 di Jakarta Convention Center, Kamis (23/5/2013).
Sigit mengatakan, dengan adanya kepastian soal kenaikan harga BBM, maka kerja keras pemerintah selama ini bisa terealisasi.
Sebaliknya, jika masih dalam ketidakpastian seperti sekarang, maka Perbanas mengkhawatirkan kerja keras pemerintah, Bank Indonesia, dan seluruh pelaku industri perbankan dengan kinerja sangat baik bisa sirna. (*)