Kenaikan TDL Pengaruhi Operasional Tenant-tenant di Mali
Director of Pakuwon Group yang juga pengelola Mall Kota Kasablanka, Stefanus Ridwan mengatakan
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Feryanto Hadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Director of Pakuwon Group yang juga pengelola Mall Kota Kasablanka, Stefanus Ridwan mengatakan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dinilai tidak akan memberikan pengaruh besar pada sektor pusat pertokoan. Pengaruh besar justru akan terjadi pada saat tarif dasar listrik (TDL) dinaikkan pada 1 Juli mendatang.
"Kalau BBM saya rasa nggak berpengaruh. Justru Yang spesifik akan berpengaruh itu kenaikan tarif dasar listrik pada 1 juli mendatang," katanya ditemui di Gandaria Heights, Jakarta Selatan, Selasa (25/6/2013).
"Seperti kita tahu, tahun ini listrik naik dalam beberapa tahap. Dulu di bulan Januari 2013 naik sebesar 28 persen yang berlaku bagi pusat perbelanjaan, perkantoran maupun hotel. Saat itu, service charge mal kami naik 17 persen. Kemudian pada 1 April 2013 naik lagi 20 persen. Pada 1 Juli 2013 besok juga akan naik lagi. Kenaikannya berapa persen kami belum tahu. Itu pasti akan sangat berpengaruh di industri mal, " imbuhnya.
Menurutnya, pengaruh besar akan terjadi pada membengkaknya biaya operasional bagi para tenant di mal. "Itu akan mempengaruhi biaya pelayanan dan cost untuk pelanggan kita. komponen listrik itu berkontribusi sampai 60 persen dari biaya operasional. Kita prediksi kenaikan mencapai 17 persen untuk biaya operasional setelah adanya kenaikan TDL 1 Juli nanti," ungkapnya.
Stefanus Ridwan yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menambahkan, kerugian akibat adanya kenaikan TDL nanti bukan merugikan mal secara langsung, namun para tenant yang membuka usaha di dalam mal.
"Bukan kami sebagai manajemen mal yang dirugikan, namun beban justru ada pada para tenant. Biaya service charge mereka pasti naik," ujarnya.
Ridwan menyebut, rata-rata biaya service charge untuk mal kelas atas dan menengah di Jakarta saat ini berkisar Rp70-120 ribu per bulan. Angka tersebut dipastikan bertambah naik jika TDL naik.
Kenaikan biaya servis tersebut pun masih berupa biaya pokok dan belum terhitung besaran biaya tambahan yang mengikuti kenaikan tarif listrik.
"Yang kita ambil itu cuma uang sewa. Kalau biaya listrik ditanggung oleh masing-masing penyewa. Pilihan dari para tenant menghadapi kenaikan TDL ini ada dua, penghematan biaya operasional atau menaikkan harga barang. Ujung-ujungnya konsumen juga yang dirugikan, bukan kami sebagai pihak mal. Semestinya tarif listrik untuk mal jangan disamakan dengan perkantoran dan hotel, karena yang bayar listrik bukan pemilik mal, tapi tenant yang nyewa di dalam mal itu," kata dia.
Ridwan beralasan, tidak semua mal memiliki kelas yang sama. Bahkan, di Jakarta saja, kata dia, mal dalam kategori premium jumlahnya hanya sekitar 10 persen. "90 persen lebih mall yang ada di Jakarta itu kelas menengah ke bawah. Jakarta cuma punya 10 persen mall untuk kalangan atas. Jadi, kalau tujuan naiknya tarif TDL untuk menekan sektor kelas atas, ya enggak sepenuhnya tepat sasaran," pungkasnya.