Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pemerintah Didorong Kembangkan Industri Turunan Buah Kelapa

Di saat harga buah kelapa di Indonesia anjlok, sabut dan tempurung kelapa diharapkan jadi solusi untuk meningkatkan nilai tambahnya

Penulis: Hendra Gunawan
zoom-in Pemerintah Didorong Kembangkan Industri Turunan Buah Kelapa
Istimewa
Kasi Program Direktorat Industri Kecil Menengah (IKM) Wilayah I Kementerian Perindustrian RI, Kris Sasono N Wibowo (kiri), didampingi Anggota DPR/MPR RI daerah pemilihan Riau, H. M. Idris Laena (tengah), Ketua AISKI Riau, Ady Indra Pawennari (kanan) memeriksa kelengkapan mesin pengolahan sabut kelapa bantuan Kementerian Perindustrian RI di Desa Sokoi, Kecamatan Kuala Kampar, Kabupaten Pelalawan, Riau, Rabu (26/6/2013). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Di saat harga buah kelapa di Indonesia anjlok, sabut dan tempurung kelapa diharapkan jadi solusi untuk meningkatkan nilai tambahnya. Dengan demikian, petani kelapa tidak lagi bergantung pada penjualan buah kelapanya, karena produk turunannya sudah bisa diolah menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi.      

Hal ini diungkapkan Anggota DPR/MPR RI asal Riau, Ir. H. M. Idris Laena usai menyaksikan penyerahan bantuan 2 set mesin pengolahan sabut kelapa kepada masyarakat di Desa Sokoi, Kecamatan Kuala Kampar, Kabupaten Pelalawan dan Desa Penjuru, Kecamatan Kateman, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, Rabu (26/6/2013).

Penyerahan bantuan mesin pengolahan sabut kelapa di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hilir, Riau tersebut dilakukan oleh Kasi Program Direktorat Industri Kecil Menengah (IKM) Wilayah I Kementerian Perindustrian RI, Kris Sasono N Wibowo didampingi Ketua Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI) Riau, Ady Indra Pawennari.

“Sebagai wakil rakyat yang berasal dari daerah pemilihan Riau, saya sangat prihatin dengan kondisi harga buah kelapa saat ini. Karena itu, saya terus mendorong Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, serta Kementerian Koperasi dan UKM agar memberi perhatian terhadap pertumbuhan Industri Kecil Menengah (IKM) yang berbasis produk turunan buah kelapa,” jelas Idris dalam keterangan tertulis AISKI yang diterima Tribun.

Anggota Komisi VI DPR RI ini juga menceritakan keberhasilan sejumlah negara penghasil buah kelapa, seperti India dan Srinlanka dalam mengolah sabut kelapanya menjadi produk unggulan yang digemari pasar internasional. Bahkan, China sebagai negara yang bukan penghasil buah kelapa mampu menguasai pasar produk sabut kelapa dunia.

“Sukses dan keberhasilan negara – negara lain dalam mengembangkan industri pengolahan sabut kelapa ini, patut kita tiru. Sehingga petani kelapa kita bisa tertolong karena adanya nilai tambah dari produk turunan buah kelapanya. Saya berharap, ke depan Riau punya industri strategis di bidang sabut kelapa,” kata Idris.

Sementara itu, Ketua AISKI Riau, Ady Indra Pawennari dalam keterangan persnya kepada Wartawan, menyampaikan apresiasinya kepada Kementerian Perindustrian dan anggota DPR/MPR RI asal Riau, Idris Laena yang telah memberi perhatian terhadap pengembangan industri sabut kelapa di Riau.

Berita Rekomendasi

"Kita sampaikan terima kasih dan apresiasi yang tinggi kepada Kementerian Perindustrian dan Komisi VI DPR RI, khususnya Bapak Idris Laena yang ikut memberi perhatian terhadap nasib industri sabut kelapa di Riau," katanya.

Ady berharap, Kementerian Perindustrian tidak berhenti pada pemberian bantuan mesin pengolahan raw material, tapi bagaimana mengembangkannya hingga ke produk jadi yang dapat meningkatkan nilai tambahnya.

"Kita sangat jauh ketinggalan dari negara India dan Srilanka yang sudah mengolah sabut kelapanya hingga produk jadi, seperti spring bed, matras, jok mobil, karpet, tali, keset kaki dan lainnya. Karena itu, kita minta pemerintah memberi perhatian terhadap peningkatan nilai tambahnya," jelasnya.

Sebagaimana diketahui, Provinsi Riau dikenal sebagai produsen buah kelapa terbesar di Indonesia dengan produksi mencapai 4 miliar butir lebih per tahun. Namun, produk turunannya, seperti sabut kelapa belum banyak dimanfaatkan sebagai komoditas bernilai ekonomi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas