Tambah Kapasitas Pabrik, UTC Aerospasce Minta Insentif
UTC Aerospace Systems, perusahaan komponen pesawat terbang asal Amerika Serikat, mengajukan permohonan untuk memperluas kapasitas pabriknya
Penulis: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - UTC Aerospace Systems, perusahaan komponen pesawat terbang asal Amerika Serikat, mengajukan permohonan untuk memperluas kapasitas pabriknya di Bandung, Jawa Barat. Komitmen investasi perusahaan yang melakukan joint venture dengan PT Pindad tersebut diperkirakan sebesar 40 juta dollar AS hingga 2016.
"Komitmen investasi tersebut juga berpotensi menyerap tenaga kerja hingga 500 orang hingga 2016," kata Agus Tjahajana, Direktur Jenderal Kerjasama Industri Internasional Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Menurut Agus, langkah ekspansi ini sebagai bentuk pengembangan kerja sama UTC dengan Pindad yang telah berjalan selama 17 tahun.
Untuk memuluskan rencana ekspansinya tersebut, UTC sudah mengajukan insentif kepada Kemenperin, tapi saat ini Kemenperin belum memutuskan insentif apa yang bakal diberikan kepada UTC.
Menurut Agus, jika UTC meminta tax holiday, maka perusahaan tersebut harus masuk dalam ketegori perusahaan baru dengan modal minimal sebesar Rp 1 triliun. "Bisa saja diberikan insentif pajak berupa tax allowance. Atau bisa masuk insentif pajak yang lebih rendah seperti kerugian yang dikreditkan," katanya, Selasa (24/7/2013).
Menurut Agus, malam ini rencananya UTC akan rapat dengan pemegang saham, dan menawarkan kepada PT Pindad untuk melanjutkan ekspansi atau tidak. "Kami juga sudah meminta UTC untuk menghadap ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terkait ekspansi tersebut," katanya.
Soerjono, Direktur Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan Kemenperin, menuturkan saat ini bengkel pesawat atau Maintenance Repair and Overhaul (MRO) Indonesia memerlukan pabrik komponen yang kuat seperti UTC.
Dengan demikian, rencana pengembangan kapasitas pabrik UTC menjadi satu kesempatan tersendiri bagi dua industri yang berkaitan.
"Selama ini dari 500 MRO di Indonesia tapi yang cukup kuat hanya Garuda Maintenance Facilities (GMF). Kalau UTC bisa perkuat pabrik maka MRO di Indonesia juga bisa hidup. Dengan demikian pasar bengkel pesawat tidak direbut oleh Singapura," katanya.
Menurut Surjono, peluang bisnis yang digagas UTC sangat penting untuk kelangsungan industri penerbangan nasional. Seperti diketahui selama ini PT Dirgantara Indonesia masih memerlukan pasokan komponen dalam membuat pesawat, nah inilah yang seharusnya bisa dilirik oleh UTC.
UTC juga tidak menutup peluang bagi perusahaan lain untuk bekerjasama dengan UTC. "Setahu saya UTC minta subsidi lahan yang murah, tapi kami sebagai pemerintah belum bisa memberikan jaminan hal itu," katanya.