Bahan Bakar Nabati Belum Digunakan Maksimal
Pihak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui konsumsi Bahan Bakar Nabati (BBN) belum maksimal.
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pihak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui konsumsi Bahan Bakar Nabati (BBN) belum maksimal.
Implementasi BBN hanya pada sektor transportasi Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi, sedangkan untuk BBM non subsidi masih nihil.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan, pemanfaatan BBN jenis biodiesel mencapai 7,5 persen pada tahun ini. Biodiesel ini dicampur dengan BBM jenis solar.
"Penyebab tidak ada suplai karena harga bioethanol belum menarik bagi produsen, serta kurangnya infrastruktur dan minimnya bahan baku," kata Rida di Jakarta, Senin (29/7/2013)
Rida menambahkan, BBN jenis bioethanol dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, tidak ada satu produsen pun yang menyuplai ke Pertamina.
Bioethanol bisa dicampur dengan BBM jenis premium maupun pertamax. Campuran bioethanol mampu mengurangi subsidi BBM.
Hal yang menjadi kendala dalam mendorong BBN adalah harga yang dipasarkan. Saat ini, harga bioethanol Rp 8.500 per liter, sedangkan harga beli Pertamina sebesar Rp 6.5000 per liter. Harga pasar berpatokan pada harga publikasi Argus untuk ethanol FOB Thailand.
"Kami sudah pernah mengajukan revisi formula harga, namun Kementerian Keuangan berbeda persepsi," jelas Rida. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.