PT Holcim Indonesia Bukukan Pendapatan Rp 4.48 Triliun
PT Holcim Indonesia membukukan peningkatan pendapatan sebesar 7% menjadi Rp 4,48 triliun
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM JAKARTA - PT Holcim Indonesia membukukan peningkatan pendapatan sebesar 7% menjadi Rp 4,48 triliun. Pencapaian ini diperoleh dari optimalisasi produk dan bauran distribusi untuk menjawab tantangan pasar yang bertambah pasokannya dari pertambahan kapasitas dan impor.
Keuntungan bersih semester pertama tercatat sebesar Rp 467 milyar atau turun 7% dari tahun lalu. Peningkatan biaya distribusi, penjualan dan administrasi serta biaya keuangan, memberikan dampak terhadap keuntungan jangka pendek. Meskipun demikian, kinerja perusahaan untuk semester pertama ini mengalami peningkatan dalam marjin laba kotor dari 33% menjadi 35% sebagai hasil dari program efisiensi energi yang dijalankan Perusahaan. Perbaikan dalam proses kerja dan inisiatif penghematan energi, bersamaan dengan pemakaian batubara kalori rendah, turut memberikan dampak yang positif.
Tahun ini, Perusahaan akan kembali membayarkan dividen sementara yang lebih besar kepada para pemegang saham dibanding periode yang sama tahun lalu.
Menurut Presiden Direktur, Eamon Ginley, pembayaran dividen ini mencerminkan kepercayaan diri perusahaan atas strateginya yang berfokus pada pelanggan, perluasan kapasitas produksi di Jawa Timur, dan optimisme pada prospek pertumbuhan pasar dalam jangka menengah.
Presiden Direktur, Eamon Ginley menyampaikan, dividen sementara sebesar Rp 37 per lembar saham yang akan dibayarkan, 15 % lebih besar dari nilai dividen sementara tahun lalu.
“Dengan dividen ini, secara pasti Holcim terus memberikan keuntungan kepada para pemegang sahamnya, dan dengan terus menerapkan strategi yang berdasarkan pada peningkatan nilai tambah kepada pelanggan, serta memaksimalkan efisiensi kapasitas,” kata Ginley.
Lebih lanjut Eamon Ginley mengatakan, “Saat ini Holcim Indonesia bekerja ditengah kondisi pasokan pasar yang berlebih. Namun, kami perkirakan kondisi ini bersifat sementara ditengah pertumbuhan permintaan semen yang konsisten dalam jangka menengah dan jangka panjang, karena ekonomi Indonesia terus berkembang, dan investasi pemerintah dan sektor swasta di bidang infrastruktur dan perumahan yang dibutuhkan juga terus berlanjut”.
Eamon Ginley menyatakan bahwa kenaikan harga bahan bakar yang dilakukan pemerintah pada Juni lalu, mendorong industri untuk menyesuaikan harga jual karena biaya transportasi yang meningkat.
Dikatakan Ginley Holcim akan fokus dalam strateginya yang memaksimalkan pendapatan melalui kualitas produk yang prima serta pelayanan pengiriman melalui saluran distribusi dan mitra kerjanya, dan juga efisiensi pada proses produksi dengan melakukan daur ulang dan penggunaan bahan bakar serta bahan baku alternatif.
Ginley menambahkan bahwa Holcim sebagai merk premium, hanya akan bersaing dalam memberikan nilai tambah yang merupakan keunggulan yang kompetitif untuk jangka panjang.
“Sebagai merk semen premium, kami di Holcim Indonesia terus fokus dalam memberikan nilai tambah yang lebih bagi para pelanggan. Kami terus berupaya untuk tetap menjadi pelopor industri dalam hal inovasi seperti waralaba Solusi Rumah, yang telah menaikkan jumlah pemilik rumah dan memberikan usaha baru bagi para ahli bangunan, pengecer, serta pengembang. Kami juga menghasilkan inovasi produk-produk khusus seperti LiteCrete , FloCrete dan Speedcrete, yang membantu para pengembang untuk menghemat biaya dan untuk membangun gedung-gedung atau jalan dengan energi dan sumber daya yang lebih efisien,” tegas Ginley.
“Pabrik baru Holcim di Tuban, Jawa Timur, akan memberikan keuntungan pada perusahaan dengan biaya distribusi untuk pasar utama di Jawa Timur menjadi lebih efisien, dan akan menjamin kelancaran pasokan dan pelayanan yang lebih baik bagi pelanggan”, tambah Ginley lagi. Tuban1 akan memproduksi 1,7 juta ton semen per tahun dan akan mulai sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Penggilingan semennya akan mulai beroperasi pada pada bulan Agustus tahun ini.