Kadin Sulsel: Stop Impor Gula
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulsel mengisyaratkan agar pemerintah stop melakukan impor gula
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Timur, Hajrah
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulsel mengisyaratkan agar pemerintah stop melakukan impor gula. Seharusnya langkah pemerintah saat ini adalah memberikan bantuan dalam pengembangan lahan produksi tebu bagi petani gula di Sulsel.
Ketua Kadin Sulsel, Zulkarnaen Arief Sulsel mengatakan Sulsel memang memiliki areal lahan produksi tanaman tebu serta pabrik gula tapi itu dinilai masih minim.
Menurut Zulkarnaen, kebutuhan gula di Sulsel per tahun mencapai 120 ribu ton. Sedangkan produksi tanaman tebu masih sangat kecil dan produksi gula yang dihasilkan hanya mencapai 3 ribu ton per tahun.
"Melalui BUMN diharapkan produksi tebu Sulsel bisa lebih ditingkatkan. Kadin berharap Menteri BUMN bisa segera membuka pabrik baru serta perluasan lahan tanaman tebu, misalnya lahan seluas 1.000 atau 2.000 Ha saja yang penting secara bertahap penambahannya," jelas Zulkarnaen, Minggu (18/8/2013).
Pemerintah pusat memang harus peduli dengan hal ini. Sebab kalau dibiarkan maka bangsa Indonesia akan impor gula terus menerus. Setiap kebutuhan meningkat Sulsel harus melakukan sistem impor gula rafinasi dari Thailand. Kondisi ini sangat kontras melihat sumber daya yang ada.
Zulkarnaen menuturkan, selain membuka lahan baru, pemerintah Sulsel harus berani membuka keran bagi investor yang ingin membangun pabrik gula atau pemberdayaan komoditi tanaman tebu agar ada lagi potensi melakukan impor gula rafinasi.
Sementara Kepala Bidang Pengembangan Dinas Perkebunan Sulsel, Hamdani Nuntung mengatakan berdasarkan data Dinas Perkebunan Sulsel, luas areal lahan tebu yang ada sekarang di Sulsel hanya sekitar 900 Ha yang meliputi Bone 400 Ha, Takalar 300 Ha dan Gowa 200 Ha. Sedangkan pabrik yang berfungsi hanya ada dua yakni di Kabupaten Bone dan Takalar.