Hadiah Lomba Jadi Modal Usaha
Memberdayakan komunitas masyarakat adat yang identik dengan terisolir ternyata bisa seiring sejalan dengan bisnis
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Memberdayakan komunitas masyarakat adat yang identik dengan terisolir ternyata bisa seiring sejalan dengan bisnis. Itulah yang dilakukan lima mahasiwa Unja dalam mencari peluang usaha yang ada di Jambi.
Beberapa waktu silam, Tribun pernah menurunkan laporan kiprah anak-anak muda ini. Mereka adalah Ali Ariswanto, Afjul Yazi, Evi Marlina, Linda, dan Rahmi. Kelimanya pada 2010 mengabdikan diri membantu Suku Anak Dalam (SAD) untuk mengangkat derajat ekonomi mereka.
Kini, selang dua tahun pendampingan yang mereka lakukan usaha tersebut kian eksis. Usaha dengan merek Rengke-rengke itu produknya berupa kerajinan tangan karya Suku Anak Dalam. Rengke diambil dari bahasa SAD yang berarti bagus. Jadilah rengke berupa suvenir yang didominasi berbahan rotan.
"Awalnya memang pengabdian, terus kita berfikir karya ini belum banyak orang tahu, kenapa tidak kita kenalkan dengan mengikutkannya ke ajang lomba entereprenuer. Akhirnya kita terpilih," ungkap, Ali Ariswanto, pengelola Galeri Rengke, Minggu (6/10).
Galeri Rengke yang berada di Jalan Kacapiring, Kelurahan Simpang IV Sipin, Kota Jambi itulah tanda-tanda eksis usaha ini. Sejak mengikuti ajang itulah, sejumlah permintaan akan kerajinan SAD itu berdatangan. "Alhamdullilah, sebenarnya kami senang karena bila permintaan banyak otomatis SAD dapat menerima hasil yang besar pula," ujarnya.
Dari situ pula ide bisnis kelima mahasiswa ini muncul dengan mendirikan galeri. "Kita kan mendapat uang tunai Rp 5 juta dari lomba Dikti. Hasil lomba tersebut kita coba untuk membuat galeri agar masyarakat Jambi juga mengetahui kerajinan SAD ini," jelasnya.
Dari sanalah, Ali dan kawan-kawan terus membangun kemitraan dengan SAD. Kerajinan yang dihasilkan pun kian beragam, di antaranya gantungan kunci, replika bunga, ambung dan lainnya.
"Harga untuk suvenir rengke cukup terjangkau, dimulai dari Rp 2 ribu sampai Rp 250 ribu beragam suvenir dan replika tersedia di kita," sebutnya.
Ia mengaku permintaan kadang datang dari Jawa. Terlebih, rengke sudah pernah dikirim ke mancanegara untuk memenuhi permintaan sampai ke Negara Ceko.
Menariknya, tak jarang rengke dipesan sebagai suvenir resepsi pernikahan dan seminar. Sehingga tentu, order itu datang dalam jumlah besar. "Kalau bicara soal omzet sekarang gak terlalu besar, karena pemesanan hanya datang dari acara-acara saja. Dulu permintaan bisa juga disumbangkan dari luar kota . Ya dalam sebulan bisa mencapai Rp 3 juta bahkan Rp 6 juta," tandasnya. (eko prasetyo)