Perjanjian Energi Bersih AS-Indonesia Senilai Hampir Rp 4,05 Triliun
Menteri Perdagangan AS Penny Pritzker dan Menteri Perindustrian RI M.S. Hidayat, Selasa (8/10/2013),
Editor: Widiyabuana Slay
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Perdagangan AS Penny Pritzker dan Menteri Perindustrian RI M.S. Hidayat, Selasa (8/10/2013), mengumumkan tiga perjanjian baru dalam bidang energi bersih yang ditandatangani antara perusahaan AS dan Indonesia dengan nilai kesepakatan mendekati 360 juta dollar AS atau sekitar Rp 4,05 triliun (kurs Rp 11.257 per dollar AS) untuk kedua negara. Demikian rilis yang diterima redaksi Tribunnews.com
Perjanjian yang bertujuan untuk mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan ini ditandatangani saat penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi APEC 2013 di Bali, yang mempertemukan para pemimpin bisnis dan pemerintah untuk memajukan pertumbuhan ekonomi, kerjasama, perdagangan dan investasi. Mendag Pritzker memimpin delegasi AS di KTT APEC ini.
“Presiden Obama telah menyatakan dengan jelas bahwa Amerika Serikat memiliki komitmen kuat untuk mempererat hubungan komersil dan ekonomi di Asia Pasifik. Sebagian dari upaya AS dalam meningkatkan keterlibatan kami di wilayah ini akan tercapai apabila pelaku bisnis di AS dan Asia bekerja sama menjalankan proyek-proyek yang mendatangkan keuntungan bagi perekonomian kedua belah pihak dan membuka lapangan kerja di kedua wilayah,” ungkap Menteri Perdagangan AS Penny Pritzker.
“Proyek-proyek bersama seperti ini merupakan cerminan keuntungan yang sama-sama didapatkan dari kerjasama komersil AS-Indonesia dan memperlihatkan kesempatan yang terbuka di kawasan dengan pertumbuhan terpesat di dunia bagi perusahaan AS untuk tidak hanya menjual produk-produk dan layanannya, tapi juga berbagi keahlian dan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam sektor yang memiliki prioritas tinggi, seperti energi bersih.”
Sebagai negara demokrasi terbesar ke-2 dan ke-3 di dunia, juga negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-3 dan ke-4 di dunia, AS dan Indonesia senantiasa berupaya untuk mendekatkan diri melalui kerjasama komersil dan diplomatik.
Perdagangan bilateral antara AS dan Indonesia kian meningkat secara stabil selama dekade terakhir, dan ini terutama berkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pesat dan kemampuan ekonomi konsumen dalam negeri yang mengesankan.
Di saat nilai perdagangan dua arah telah melampaui 26 miliar dollar AS, para pemimpin kedua belah pihak telah bekerja sama dalam berbagai tingkat untuk mengembangkan hubungan bilateral di sektor perdagangan dan investasi.
Investasi-investasi ini adalah sebagian dari proyek-proyek yang mendukung Kemitraan Komprehensif AS-Indonesia, sebuah kesepakatan antara Presiden Obama dan Presiden Yudhoyono untuk memperdalam dan mempererat hubungan antara kedua bangsa.
Investasi-investasi tersebut juga mendukung tujuan-tujuan Kemitraan Energi Komprehensif AS-Asia Pasifik (U.S.-Asia Pacific Comprehensive Energy Partnership/USACEP) yang dicanangkan oleh Presiden Obama dan pemimpin dari Indonesia dan Brunei Darussalam untuk meningkatkan kemampuan kawasan menyediakan kebutuhan energi bagi para warganya.
Kemitraan ini bertujuan untuk mendorong investasi dan mendukung kemajuan melalui empat prioritas utama kawasan: mendorong pemanfaatan energi yang terbarukan dan lebih bersih, mengembangkan konektivitas lintas batas, mengutamakan pemanfaatan gas alam secara lebih basar, dan mengatasi masalah listrik di pedesaan dan penghematan energi.
Investasi di bidang energi bersih antara AS-Indonesia
·Pembelian teknologi baterai zinc-air yang revolusioner dari Fluidic Energy dengan kontrak baru bersama Indosat senilai 79 juta dolar AS;
·Kesepakatan antara pengelola bandar udara PT Angkasa Pura 1 dan perusahaan patungan (joint venture) SunEdison dan Sintesa Group untuk memasok tenaga solar 15MW untuk Bandar Udara Internasional Bali; dan
·Perjanjian kerjasama yang mengikat antara Ormat Technologies dan PT Geo Pacific untuk saham mayoritas dalam proyek pembangkit tenaga gas bumi Hu’u Dompu Geothermal senilai 250 juta dolar AS.