Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Belajar dari Tiongkok, Ini Strategi Membangun Industri Protein Hewani di Indonesia
Industri susu adalah perpaduan industri protein hewani yakni susu dan daging sapi yang merupakan industri daur ulang dan keberlanjutan
Editor: Eko Sutriyanto
OIeh : Vini Dharmawan, Founder of the Dairy Industry in China
SEIRING dengan program Pemerintah Prabowo untuk memberikan makanan bergizi gratis, terdengar semakin maraknya konteks susu gratis sampai ke program impor sejuta sapi.
Kemudian agenda ini makin ramai di perbincangkan di lapisan pusat pemerintahan tertinggi, industri player, sampai ke non industri player pun ikut meramaikan agenda “bayi” ini di Indonesia.
Apakah masyarakat Indonesia sudah punya kebiasaan minum “Susu”? Selama ini “Susu” apa yang Kita dan anak-anak kita minum? Dari mana sumber supply chain nya? Siapa produser nya? Berapa harganya?
Kemudian bagaimana kebiasaan konsumsi susu itu bagaimana?, apa saja jenis susu yang ada di pasar? banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul mengawali bagaimana kita akan membangun industry baru ini
Di sini saya akan berbagi ide dan pengalaman sebagai salah satu Founder of the Dairy Industry in China yang mungkin bisa bermanfaat untuk pengambil keputusan di tingkat pemerintahan, konsumen, investor dan industri.
Industri susu adalah perpaduan industri protein hewani yakni susu dan daging sapi yang merupakan industri daur ulang dan keberlanjutan.
Sapi merupakan penghasil protein, baik susu dan daging selain itu sapi juga penghasil pupuk dan listrik.
Kondisi Peternakan Sapi Perah Tiongkok 20 tahun yang lalu
Awalnya, peternakan sapi perah berpusat di Mongolia Dalam, Tiongkok Barat Laut dan Timur Laut yang rata-rata petani lokal memiliki 2 – 100 sapi di halaman rumahnya.
Umumnya sapi yang dipelihara jenis ras lokal, holstein dan kawin silang dan produksi susu yang rendah, pengelolaan yang buruk dan kualitas susu yang rendah.
Baca juga: CISDI: Pemberian Susu Tinggi Gula dalam Program Makan Bergizi Gratis Tidak Tepat
Konsumsi susu yang rendah dibandingkan dengan Negara Asia lainnya seperti Korea dan Jepang.
Namun setelah 20 tahun, kondisinya peternakan sapi perah di Tingkok berbeda.
Lebih dari 1 juta sapi perah di tempat yang besar, efisien, modern, memiliki fasilitas yang bagus, yang mampu memelihara dan menjaga kesejahteraan hewan unggul.