Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ichsanuddin Noorsy : Gita Wirjawan Ajukan RUU Perdagangan Neolib

Mendag kalau kampanye mau jadi Presiden maka ngaca dulu deh

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Ichsanuddin Noorsy : Gita Wirjawan Ajukan RUU Perdagangan Neolib
Tribunnews.com
Ichsanudin Noorsy 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Ekonomi Politik, Ichsanuddin Noorsy, meminta Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan agar instrospeksi diri jika ingin mencalonkan diri sebagai Presiden.

"Mendag kalau kampanye mau jadi Presiden maka ngaca dulu deh," kata Noorsy dalam diskusi soal RUU Perdagangan di gedung DPR RI Jakarta, Selasa (22/10/2013).

Pernyataan Noorsy terkait dengan draf akademis Rancangan Undang-Undang (RUU) Perdagangan dari pemerintah yang antara lain ditandatangani oleh Mendag Gita Wirjawan.

"Ini naskah akademis RUU Perdagangan neolib," kata Noorsy.

Dia mencontohkan frame kata-kata yang dipakai dalam naskah akademis RUU Perdagangan itu bisa dilihat pada kata pengantar yang secara terang benderang menyebut free trade (perdagangan bebas).

"Saya menemukan rumusan banyak sekali yang harus dibedah. Ini baru di naskah akademis belum masuk isi RUU -nya. Kenapa kita bahas naskah akademisnya dulu karena setiap UU tidak mungkin dibahas tanpa naskah akademis," kata Noorsy.

Noorsy juga tidak menemukan kata-kata "untuk hajat hidup orang banyak" dalam draf RUU Perdagangan itu. "Dan kelihatannya draf akademik RUU ini tunduk pada WTO (World Trade Organization/Organisasi Perdagangan Dunia). Ini adalah konsep WTO . Padahal draf ini harus dibuat dalam rangka menegakkan konstitusi bukan dengan menggadaikan kedaulatan ekonomi," ujarnya.

Berita Rekomendasi

Di tempat yang sama, Anggota Komisi VI DPR RI Bima Arya mengatakan RUU Perdagangan dibahas agar produk domestik/produk nasional memiliki domain penting dalam perdagangan.

"Itu target kita membuat RUU Perdagangan. Apalagi sudah 68 tahun kita merdeka belum punya UU Perdagangan secara menyeluruh," ujarnya.

Dia prihatin sebab saat ini konsumsi pangan dalam negeri 60 persen diantaranya diimpor.

"Kita bukan bangsa produsen lagi tetapi bangsa predator (konsumtif). Bukan kebijakannya yang salah tetapi cara berpikirnya yang salah," kata dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas