Telkom Tak Punya Alasan Kuat Melepas Mitratel
Wakil Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat Erik Satrya Wardhana menyatakan DPR akan memanggil jajaran direksi
Editor: Widiyabuana Slay
TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat Erik Satrya Wardhana menyatakan DPR akan memanggil jajaran direksi PT Telkom terkait dengan rencana perseroan melepas Mitratel. “Menara itu bisnis captive. Pasar captive kok dilepas? Ada apa ini? Ini harus diklarifikasi,” ujarnya di Jakarta, Senin (04/11/2013). Demikian rilis yang diterima redaksi Tribunnews.com.
Menurut Erik, harus ada hitung-hitungan yang jelas bila ingin melepas Mitratel. “Namanya restrukturisasi itu macam-macam pilihan. Mau IPO, mau sinergi, mau strategic sales, tapi harus ada cost and benefit analysis. Belum lagi kalau bahas potential profit, ini harus jelas,” ucapnya.
Ditegaskan Erik, Telkom tidak memiliki alasan yang kuat untuk menjual Mitratel. “Dari sisi bisnis, tower milik Mitratel adalah sumber pendapatan Telkomsel dan Telkom. Pasar captive kok diberikan, ini harus diklarifikasi,” kata Erik.
Erik meminta Telkom menjelaskan penghitungan yang digunakan dalam penjualan Mitratel. Selain menjual perusahaan, lanjut Erik, restrukturisasi bisa dilakukan dengan berbagai cara. Di antaranya pelepasan saham ke bursa, sinergi, atau mengundang investor strategis. “Harus ada analisis cost and benefit, pembahasan keuntungan potensial juga harus jelas,” tegasnya.
Pendapat sama dikemukakan anggota Komisi VI, Hendrawan Supratikno. “Perlu penjelasan urgensi dan latar belakang. Sampai saat ini saya belum mendapat informasi terkait dengan masalah tersebut,” katanya.
Sebelumnya diberitakan, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk akhirnya menjual anak usahanya, PT Indonusa Telemedia (TelkomVision) kepada PT Trans Corpora. Penjualan 1,03 miliar lembar sahan atau setara 80 persen saham TelkomVision dituntaskan Telkom pada 8 Oktober lalu seharga Rp 926,5 miliar.
Menanggapi penjualan TelkomVision, Hendrawan mengatakan, Kemeneg BUMN dan Direksi PT Telkom telah melanggar kesepakatan dengan Komisi VI DPR. “Pada rapat dengar pendapat lalu, telah bersepakat untuk tidak ada penjualan TelkomVision. Kenapa mereka melanggar kesepakatan?,” tanyanya.
Karena itu, Komisi VI berencana akan panggil direksi PT Telkom dan Kemeneg BUMN untuk meminta penjelasan perihal penjualan TelkomVision dan rencana penjualan Mitratel setelah masa reses berakhir (ket. Masa reses DPR 25 Oktober-17 November 2013),” ujarnya.
Sementara, anggota Komisi I DPR, Tantowi Yahya juga menyoroti motif penjualan TelkomVision kepada Trans Corp. Terlebih ketika aksi korporasi tersebut dilakukan dengan alasan yang tidak jelas.
"Tidak ada alasan mengapa TelkomVision yang potensial harus dijual ke swasta," tegasnya.
Politisi Partai Golkar ini melihat rancana tersebut dilakukan oleh orang-orang yang dekat dengan kekuasaan. "Pelakunya adalah orang-orang yang dekat dengan kekuasaan yang menggunakan kedekataannya tersebut," ujarnya.
Ekonom Sustainable Development Indonesia (SDI), Dradjad Wibowo menilai keputusan PT Telkom menjual anak usahanya, TelkomVision kepada PT Trans Corpora sebagai langkah kehilangan kesempatan bisnis yang menjadi andalan Telkom di masa depan.
“Tidak ada urgensinya bagi Telkom untuk melepas TelkomVision. Bahkan, langkah ini membuat Telkom kehilangan kesempatan bisnis yang menjadi andalan di masa depan,” tegasnya.
Saat ditanya apakah ada alasan strategis menjual saham TelkomVision, Dradjad mengatakan, tidak ada alasan strategis Telkom menjual saham TelkomVision. Tidak ada alasan sama sekali!
“Jika Telkom membutuhkan likuiditas, dia dapat meraih dana dari pasar dengan mudah. Apalagi hanya USD 100 juta lebih. Satu obligasi korporasi sudah cukup dan akan diburu investor,” terangnya.
Dijelaskan Dradjad lebih jauh, jika ingin memperbaiki governance TelkomVision, Telkom bisa mengganti direksi, meningkatkan kinerja komisaris, meningkatkan pengawasan atau masuk ke pasar modal. Menurutnya, jika ingin mendapatkan dana pengembangan TelkomVision, banyak opsi lain yang bisa ditempuh. “Saya yakin IPO TelkomVision akan sangat diserbu investor,” ujarnya.
Dradjad menilai, dari sudut pandang strategis, TelkomVision adalah salah satu masa depan Telkom. Bisnis seluler sekarang ini cenderung menurun ARPU-nya (average revenue per user). Penerimaan per user dari "suara" dan "pesan tertulis" cenderung turun, dan bisnis seluler makin tergantung pada layanan "data".
Televisi berbayar, kata Dradjad, adalah salah satu andalan masa depan untuk mengompensasi pelemahan ARPU dari bisnis seluler. Apalagi, kelas menengah Indonesia tumbuh dengan cepat.
“Oleh karena itu, Telkom seharusnya mengembangkan TelkomVision, bukan melegonya,” tukasnya.
Seperti diketahui, pendapatan Mitratel pada 2012 tercatat Rp1,6 triliun atau tumbuh 120 persen dari omzet tahun sebelumnya yang hanya Rp746 miliar. Nilai itu berkontribusi sebanyak 2 persen terhadap total pendapatan Telkom yang mencapai Rp77 triliun.
Perseroan menargetkan omzet bisa 45 persen menjadi 2,4 triliun sampai akhir 2013. Untuk merealisasikan pertumbuhan pendapatan, Mitratel menganggarkan belanja modal mencapai Rp3,5 triliun untuk membangun 2.000 menara dan 2.500 lokasi mengembangkan business service dan BTS hotel di luar Pulau Jawa.
Sampai saat ini, Mitratel memiliki lebih dari 5.000 menara dan mengelola 13.600 penyewa menara di seluruh wilayah Indonesia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.