Impor Minyak Naik Bukan karena Konsumsi Tinggi
Menurutnya, konsumsi BBM tahun 2013 sudah membaik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri membantah kalau tingginya impor minyak bumi pada kuartal ketiga ini disebabkan karena gagalnya pemerintah menjaga konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Menurutnya, konsumsi BBM tahun 2013 sudah membaik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Hal ini dikarenakan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi yang dilakukan pemerintah pada bulan Agustus 2013 lalu cukup efektif. Pernyataan Chatib ini dilontarkan terkait pendapat Bank Indonesia (BI) yang menilai kenaikan harga BBM bersubsidi belum cukup efektif menurunkan konsumsi masyarakat.
Menurut BI, tingginya konsumsi BBM pada kuartal tiga membuat defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficits masih cukup tinggi, meski mengalami penurunan. Namun Chatib bilang, konsumsi BBM diperkirakan akan lebih rendah dari perkiraan semula dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2013.
Terkait tingginya impor minyak bumi, Chatib justru menyalahka kondisi kilang-kilang minyak yang ada di Indonesia, karena tidak mampu memproduksi lebih besar. Akibatnya impor minyak mentah sangat tinggi, untuk menutupi kekurangan.
Bahkan menurutnya, sampai akhir tahun 2013 realisasi volume konsumsi BBM hanya mencapai 46,6 juta kilo liter saja. Biasanya, hampir setiap tahun pada bulan Oktober volume konsumsi BBM sudah mencapai 48 juta kilo liter, tetapi kali ini baru sekitar 30-an juta kilo liter.
“Biasanya bulan Oktober Kementerian ESDM sudah mengajukan tambahan kuota ke DPR, tapi sekarang tidak,” kata Chatib.
Hal senada juga disampaikan oleh Sekertaris BPH Migas Djoko Siswanto. Menurutnya hingga Oktober baru mencapai 38 juta kilo liter. Selain karena kenaikan harga, menurunnya konsumsi BBM juga disebabkan oleh Peraturan Menteri ESDM yang melarang sejumlah angkutan di Industri menggunakan solar.
Namun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor minyak jadi ternyata lebih tinggi dibandingkan minyak mentah. Untuk impor mentah hingga bulan September tahun 2013 hanya mencapai US$ 10.261,3 juta, sedangkan impor minyak jadi sebesar 21.044,7 juta. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kenaikan impor minyak mentah mencapai 29,29%, dan minyak jadi hanya 1,20%.
Pengamat perminyakan Kurtubi mengatakan konsumi BBM tidak mungkin mengalami penurunan. Sebab dilihat dari penggunanya, setiap tahun selalu bertambah.
Jadi menurutnya, pemerintah harus bisa membuktikan apakah benar konsumsi BBM menurun atau tidak. Ia juga bilang kenaikan harga BBM belum efektif dalam menurunkan konsumsi.
“Kalau harga BBM naik 10% saja, konsumsi turun jauh di bawah 10%,” ujar Kurtubi.