Showroom Stop Memasok Mobil Passenger
Kehadiran mobil low cost green car (LCGC) membuat sejumlah showroom mobil seken mengambil langkah tak biasa
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Kehadiran mobil low cost green car (LCGC) membuat sejumlah showroom mobil seken mengambil langkah tak biasa. Kini, mereka menyetop stok mobil passenger. Padahal mobil tipe ini termasuk primadona penjualan mobil bekas.
Tak sampai disitu. Harga sejumlah mobil bekas juga mulai terpukul. Sebelumnya hanya permintaan akan mobil seken yang dulu terdepresi akibat hadirnya mobil LCGC yang masih menyisakan kontroversi tersebut.
Pengelola showroom mobil seken Bima Sakti Mobilindo, Indra mengatakan, peredaran mobil segmen LCGC sangat berdampak terhadap penjualan mobil di tempatnya.
"Harga lebih terasa turun untuk tipe MPV seperti Daihatsu Xenia dan Toyota Avanza, bahkan untuk sekarang kami menyetop penjualan dua merek mobil tersebut," kata Indra kepada Tribun Jambi (Tribunnews.com Network), Selasa (19/11/2013).
Dihentikan sementara pasokan tipe tersebut menurutnya karena harga mobil dari pemasok sperti di Jakarta dan Palembang mengalami penurunan. Sehingga ini membuat konsumen berfikir ulang.
"Ketimbang membeli mobil seken lebih baik mobil baru," katanya.
Ia memberi ilustrasi. Untuk Toyota Avanza tipe G ia memasoknya dari Palembang dengan harga Rp 125 juta. Sementara, di pasaran harganya anjlok menjadi Rp 115 juta.
"Jadi rangenya menurun Rp 10 juta, sehingga kalau kita jual juga biaya operasional pun besar dan apabila kita jual lagi pastinya akan tambah mahal. Nah masyarakat sudah tahu pasaran tipe tersebut," urainya.
Saat ini pun, untuk mengurangi beban operasional, Indra hanya menjual mobil tipe sedan dan city car. Untuk tipe passenger, tempatnya hanya menjual beberapa produk lama seperti Kijang LGX serta beberapa tipe passenger lainnya. Menurutnya, untuk penjualan tipe mobil passenger tahun keluaran 2000, seperti Xenia dan Avanza, Indra hanya
menjual dengan sistem lepas tangan.
Sistem lepas tangan adalah ketika ada konsumen yang minta dijualkan, maka pihak showroom mencarikan konsumen.
"Atau orang yang nyari kita carikan juga. Tapi kalau untuk kita yang beli dan display sudah tidak lagi," sebutnya.
Penjualan di Bima Sakti Mobilindo mengalami penurunan hingga 40 persen. Pada Januari hingga Agustus penjualan yang masuk dalam sebulan bisa mencapai 12 unit, kini penjualan hanya berkisar 5 hingga 6 unit.
Serupa dengan Bima Sakti Mobilindo, hal yang sama dialami Mega Mobilindo di Simpang Kawat. Pengelola Mega Mobilindo, Singgih Prasetyo menjelaskan, penurunan akan harga mobil lebih dirasakan karena mendekati akhir tahun, dimana range harga mobil seken dikatakannya lebih dipengaruhi tahun produksi mobil tersebut.
"Rata-rata mobil yang kita display merupakan mobil keluaran tahun 2012, dan saat ini sudah hampir memasuki awal tahun 2014, sehingga range harga mengalami penurunan mencapai Rp 5 sampai Rp 10 juta," jelasnya.