Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Politisi PDIP: Rupiah Anjlok Berarti Fundamental Ekonomi Lemah

Apabila nilai tukar merosot dibandingkan dengan nilai tukar lainnya, maka ini salah satu pertanda bahwa sesungguhnya

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Politisi PDIP: Rupiah Anjlok Berarti Fundamental Ekonomi Lemah
HERUDIN
Karyawan tempat penukaran uang menunjukkan uang dolar Amerika Serikat (AS), di Jakarta Selatan, Jumat (29/11/2013). Setelah menyentuh posisi baru di level Rp 12.000 per dolar AS, rupiah pagi hari ini kembali menguat 0,34 persen menjadi Rp 11.978 per dolar AS. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah adalah potret dari fundamental ekonomi kita. Apabila nilai tukar merosot dibandingkan dengan nilai tukar lainnya, maka ini salah satu pertanda bahwa sesungguhnya fundamental ekonomi kita lebih lemah dibanding dengan kekuatan ekonomi negara lainnya.

Demikian dikemukakan Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi PDIP, Arif Budimanta, Senin (2/12/2013). "Apalagi pelemahan yang kita lakukan saat ini bukanlah pelemahan yang terencana tetapi lebih disebabkan oleh kekuatan yang datang dari luar, mata uang asing," kata Arif.

Rupiah terus melemah bahkan nyaris menyentuh Rp 12.000 per dolar AS.

Menurut Arif, rupiah yang terus melorot, karena selama ini pemerintah dan otoritas moneter lalai memadukan kebijakan fiskal dan moneter.

"Pada sisi kebijakan fiskal justru pemerintah melakukan relaksasi yang sangat luas dengan memberikan insentif pajak yang tinggi seperti LGCC (program mobil murah) yang justru memicu semakin tingginya impor bahan baku, pada sisi lain pemerintah terlambat melakukan penaikan PPNbm terhadap barang-barang yang berkatergori mewah," kata dia.

Menurut Arif, di sisi lain otoritas moneter ternyata kredibilatasnya diragukan.

"Exercise yang dilakukan oleh BI dengan perbaikan suku bunga bank indonesia yang sangat cepat dalam enam bulan terakhir yaitu sebesar 175 basis point ternyata telah memukul sektor riil dan mempengaruhi kemampuan mereka mengembalikan pinjaman modal dalam bentuk valas. Kebijakan bauran otoritas fiskal, moneter dan jasa keuangan selama ini hanya menyentuh lapisan permukaan dari persoalan struktural dan fundamental ekonomi sesuangguhnya yaitu deindustrialisasi dan guremisasi sektor pertanian," kata dia.

Berita Rekomendasi
Tags:
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas