Sekar: Ribuan Karyawan Merpati Terancam 'Dirumahkan'
Pada pekan lalu saja kerja karyawan hanya 50 persen karena ada program seminggu masuk kerja dan seminggu off.
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kondisi yang tidak menentu yang dialami PT Merpati Nusantara Airlines membuat karyawan maskapai BUMN tersebut semakin resah. Bahkan mereka kini sudah merasa maskapai tersebut bakal ditutup dan akan 'dirumahkan' secara alamiah, karena tidak ada operasi penerbangan.
Bahkan menyusul pengurangan sebagian besar operasi penerbangan, Menteri BUMN Dahlan Iskan mempersilakan karyawan Merpati untuk tidak bekerja hingga gaji mereka dibayarkan. Pernyataan ini membuat sejumlah karyawan sangat khawatir segera 'dirumahkan'.
"Kalau diteliti secara mendalam tidak ada tanggung jawabnya Dzolim terhadap kelangsungan hidup karyawan beserta keluarganya, padahal Selaku Pemegang Saham dapat memberikan solusi untuk meminta PPA, Pertamina dan Jasindo melalui RUPS," kata Ketua Serikat Karyawan (Sekar) Merpati Purwanto, Jumat (31/1/2014).
Kenyataannya, jelas Purwanto, pada pekan lalu saja kerja karyawan hanya 50 persen karena ada program seminggu masuk kerja dan seminggu off (libur). Dengan jumlah karyawan sebanyak 2.300 orang, kata Purwanto, sebenarnya karyawan aktifnya sebanyak 1.150-an orang.
Apalagi dengan adanya pengurangan drastis yang dilakukan pekan ini, di mana Merpati hanya mengoperasikan sebanyak 12 rute per hari saja akibat Pertamina stop memberikan avtur bila tidak dibayar kontan. Misalnya di Distrik Surabaya, saat ini kantornya telah sepi, karena Merpati sudah tidak beroperasi di kota itu.
Saat ini maskapai tersebut hanya mengoperasikan rute Ujungpandang -Merauke PP, Denpasar -Dilli PP, Denpasar-Lombok--Bima pp dan Biak-Nabire-Jayapura-Nabire.
"Merpati sejatinya dengan stop avtur dari Pertamina dan asuransi ancam mengeluarkan NOC (no Object Sertificate) sebenarnya Merpati akan stop operasi," ujar Purwanto.