Peluang Bisnis Kuliner Rice Bowl
Banyak pengusaha kuliner lokal yang mengusung menu-menu oriental sebagai menu andalannya.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak pengusaha kuliner lokal yang mengusung menu-menu oriental sebagai menu andalannya. Salah satunya adalah restoran Rice Bowl di Jakarta. Usaha resto milik Dwi Putra Group ini berdiri sejak September 2004 dengan gerai pertamanya di Mal Artha Gading Jakarta.
Rice Bowl menawarkan aneka menu mandarin, antara lain hong kong fried chicken, roasted duck rice bowl, orange chicken rice bowl, barbeque dan masih banyak lagi. Aneka menu itu dihargai mulai Rp 25.000-Rp 55.000 per porsi. Namun khusus menu bebek, harganya Rp 150.000 per porsi.
"Ini menu andalan kami," kata Milda Lukmantio, Direktur Utama PT Frozen Food Pahala, anak usaha Dwi Putra Group.
Ricebowl Indonesia mulai menawarkan kemitraan pada 2005. Saat ini, Rice Bowl sudah memiliki 10 mitra. Total gerai sebanyak 80 di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Medan, Pekanbaru, Lampung, Palembang, Bandung, dan Surabaya. Sebanyak 58 di antaranya milik pusat.
Investasi Rp 1 miliar
Anda tertarik? Rice bowl menyediakan paket investasi minimal Rp 1 miliar untuk gerai seluas 100 meter persegi (m²)-120 m². Investasi itu berlaku untuk masa kontrak lima tahun.
Investasi tersebut digunakan untuk biaya franchise fee sebesar Rp 250 juta, kerjasama, pelatihan karyawan, sistem, peralatan masak, peralatan makan dan bahan baku awal. Sementara, untuk renovasi tempat dan furniture disediakan oleh mitra.
Mitra bisa meraup omzet sekitar Rp 300 juta setiap bulannya. Dengan laba bersih 15 persen, mitra bisa balik modal dalam waktu tiga sampai 3,5 tahun. Selain wajib membeli bumbu dari pusat, mitra dikenakan biaya royalti sebesar 7 persen dan fee manajemen operasional sebesar 2 persen.
Fee manajemen operasional dipungut karena yang mengelola operasional resto adalah pusat. "Sebab banyak mitra tidak ada waktu," kata Milda.
Pengamat Waralaba, Amir Karamoy menilai, peluang bisnis kuliner China masih besar. Namun, Rice Bowl perlu memiliki tempat sendiri agar harga jualnya terjangkau. "Juga perlu ada layanan antar pesanan untuk konsumen," kata Amir.(Dina Mirayanti Hutauruk)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.