Kenaikan Tiket Pesawat Picu Inflasi
Sulsel mengalami inflasi sebesar 0,02 persen pada Maret 2013. Hal ini dipicu kenaikan harga barang dan jasa di Sulsel.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, MAKASAR - Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami inflasi sebesar 0,02 persen pada Maret 2013. Hal ini dipicu kenaikan harga barang dan jasa di Sulsel.
Kenaikan harga ini salah satunya dipengaruhi kenaikan tarif angkutan seperti tiket pesawat pada akhir Februari lalu. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, Nursam Salam, Selasa (1/4), mengatakan, kenaikan tiket ini sangat berpengaruh sehingga membuat inflasi naik.
“Jika tak terjadi kenaikan harga pajak pesawat maka kami perkirakan terjadi deflasi,” katanya pada konferensi pers Berita Resmi Statistika BPS Sulsel, di Kantor BPS, Jl H Bau, Makassar, Selasa (1/4).
Sebelumnya, maskapai penerbangan memberlakukan biaya tambahan (surcharge) untuk seluruh penerbangan domestik menyusul pengesahan Peraturan Menteri Perhubungan No 2 Tahun 2014. Penyesuaian harga tiket mengikuti biaya tambahan tarif penumpang kelas ekonomi angkutan udara niaga bervariasi Rp 33 ribu-Rp 162 ribu.
Berdasarkan data BPS Sulsel, alat kesehatan mengalami kenaikan paling tinggi sesuai kelompok pengeluaran pada Maret lalu mencapai 0,32 persen disusul kelompok minuman, rokok, dan tembakau, serta kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan.(lihat: data bps).
Dari lima kota IHK se-Sulsel, Watampone mengalami inflasi paling tinggi sebanyak 0,42 persen disusul Bulukumba 0,03 persen dan Kota Makassar 0,02 persen. “Kenaikan ini cukup tinggi. Jika mendekati 0,5 persen itu sangat tinggi,” jelasnya.
Prediksi BI
Bank Indonesia (BI) memperkirakan tekanan inflasi di Sulsel dan lima kota IHK se-Sulsel tetap tinggi tiga bulan ke depan. Hasil survei konsumen BI periode Maret 2014 menunjukkan indikasi tekanan harga sudah terlihat.
Terjadi pergerakan menguatnya permintaan dalam indeks ekspektasi harga mencapai 7,50 poin. Peningkatan harga pada kelompok bahan makanan, komunikasi, jasa, transportasi, rekreasi dan olahraga.
Pimpinan Bank Indonesia Wilayah I Sulampua (Sulawesi, Maluku, Papua), Suhaedi, mengatakan, konsumsi rumah tangga meningkat hingga 12,58 poin. Mengantisipasi tekanan inflasi tiga bulan ke depan, BI bekerja sama dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk terus melakukan stabilisasi harga.
Saat ini, baru 16 TPID terbentuk dari 24 kabupaten/ kota se-Sulsel. “Kami berharap harga tetap terjaga selama masa kebutuhan meningkat. Kendati Inflasi Sulsel selalu di bawah nasional ke depan diharapkan lebih terkendali,” jelasnya.(cr1/cha)