Penumpukan di TPS Karena Gudang Penuh
"Kami sebenarnya juga ingin segera men-delivary setelah mendapat SPPB, tapi seringkali gudang penuh. Sehingga harus tertumpuk di TPS," jelas Bambang.
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA- Para importir mengakui masih melakukan penumpukan barang-barangnya di Terminal Petikemas Surabaya (TPS) meski Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB) sudah dikeluarkan oleh kantor Bea dan Cukai.
Bambang Sukadi, Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jatim, ketika dihubungi Senin (14/7), mengakui bila hal itu dilakukan karena gudang-gudang masih penuh.
"Kami sebenarnya juga ingin segera men-delivary setelah mendapat SPPB, tapi seringkali gudang penuh. Sehingga harus tertumpuk di TPS," jelas Bambang.
Lebih lanjut, Bambang menjelaskan bila produk impor yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak umumnya adalah barang bahan baku.
Setelah dibongkar di pelabuhan, barang ditujukan ke gudang industri untuk diolah menjadi barang jadi.
Sementara kondisi gudang umumnya masih penuh, sehingga belum bisa dimasuki barang baru.
"Tak hanya itu, bila kami harus memindah ke gudang lain, misalnya pabrik pembuatan di Surabaya, gudang penyimpanan atau penumpukan yang kosong di Sidoarjo, tentunya kami memilih menunggu di TPS. Kalau kami bawa ke Sidoarjo, akan biaya lagi yang lebih mahal," jelas Bambang.
Apalagi saat ini, jumlah impor sedang rendah. Sehingga tidak begitu bermasalah dengan penumpukan di TPS.
Menurut Bambang, masuknya barang impor hanya 80 persen dibanding hari-hari biasanya.
Hal ini sudah menjadi trend tengah tahunan. Sementara untuk masa Lebaran dan Ramadan, barang impor tidak terpengaruh atas jumlah maupun waktu.
Tapi mengingat Lebaran, dimana masa libur operasional TPS dan operasional truk yang dibatasi, Bambang mengakui pihaknya akan segera melakukan delivary barangnya.
"Hal itu sudah kami koordinasikan dengan seluruh anggota, kami akan segera mendelivary setelah ada gudang atau pabrik yang kosong,"tandas Bambang.