Pengganti Karen Tidak Harus Ahli Minyak
Pemerintah didesak untuk mencari calon yang mumpuni dari luar Pertamina yang punya kemampuan di bidang audit anggaran.
Penulis: Sanusi
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Suasana bursa calon pengganti Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan yang resmi mundur 1 Oktober makin hangat. Pemerintah didesak untuk mencari calon yang mumpuni dari luar Pertamina yang punya kemampuan di bidang audit anggaran.
"Harus dari orang luar yang mengerti dunia akuntansi dan investigasi. Di titik-titik mana kira-kira penyimpangan akan terjadi. Artinya harus memiliki kemampuan auditor. Tidak selalu harus ahli perminyakan," ujar Ferdinand Hutahaean, Direktur Eksekutif Energy Watch, Jumat (19/9/2014).
Ferdinand adalah salah satu pelapor oknum pejabat dan pengusaha yang terlibat praktik mafia migas kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Juni lalu. Melalui perwakilannya, KPK menerima dan menindaklanjuti laporan tersebut.
Ia menambahkan, selama ini banyak orang pintar yang bisa dibayar untuk masalah teknis. Hanya saja untuk mencari orang yang berintegritas sangat sulit. Banyak lulusan-lulusan dari perguran tinggi yang mumpuni.
Karena itu, Ferdinand mengkritik keras upaya pemerintah mengambil calon pucuk pimpinan berasal dari internal Pertamina. Ia mendesak pemerintah agar menunjuk orang-orang di luar Pertamina yang bersih dari praktik-praktik mafia migas selama ini.
Saat ini, dua nama dari internal Pertamina telah santer disebut bakal menggantikan Karen. Keduanya adalah Direktur Pemasaran dan Niaga Hanung Budya, serta Direktur Gas Pertamina Hari Karyuliarto. Kedua nama tersebut dinilai punya rekam jejak buruk.
"Saya melihatnya secara umum, orang-orang dari internal Pertamina itu adalah yang membiarkan kebusukan, mungkin secara pengetahuan dan penguasaan lini migas menguasai, namun sayang moral dan integritasnya dipertanyakan," tegasnya.
Ia mengatakan, praktik mafia migas yang terselubung misalnya, perdagangan minyak dan gas menggunakan sistem perantara (broker) antara Pertamina dengan penjual. Praktik ini menciptakan celah kongkalingkong dan berpotensi korupsi.
Akibatnya, harga BBM yang kelewat mahal akhirnya merugikan rakyat.
"Harusnya yang namanya broker ini tidak diperlukan tapi bisa langsung, apalagi Pertamina perusahaan raksasa perusahaan kelas dunia," ujarnya.
Sekedar informasi Menteri BUMN, Dahlan Iskan, menyiapkan tiga nama calon dirut Pertamina menggantikan Karen Agustiawan yang mengundurkan diri.
"Mungkin tiga nama yang akan kita usulkan. Ada yang dari internal dan dari eksternal," kata Dahlan.