Sampoerna Beri Dukungan Bagi Usaha Ramah Lingkungan
“Kami berkomitmen untuk menjalankan kegiatan usaha yang ramah lingkungan demi menjaga keberlangsungan masyarakat di mana kami beroperasi. Kami menduku
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Melalui payung program “Sampoerna untuk Indonesia”, PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) kembali berpartisipasi dalam acara Trade Expo 2014 yang diadakan pada tanggal 8 - 12 Oktober 2014 di Jakarta International Expo, Kemayoran.
Hal ini merupakan wujud nyata dukungan Sampoerna terhadap upaya pemerintah, melalui Kementerian Perdagangan, untuk mendorong kinerja perdagangan ekspor serta menampilkan berbagai konsep bisnis yang ramah lingkungan.
Sampoerna mendirikan sebuah stan pameran dengan tema “Sampoerna untuk Indonesia” yang mencerminkan kontribusi perusahaan kepada masyarakat, termasuk mengedepankan praktik pertanian yang baik dan berkesinambungan (Good Agricultural Practices/GAP) sebagai bentuk usaha yang ramah lingkungan serta bertujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bahan baku.
Selain itu, stan pameran Sampoerna juga menampilkan sekilas sejarah perjalanan 101 tahun perusahaan, demo produksi sigaret kretek tangan, dan pameran produk unggulan UKM binaan Pusat Pelatihan Kewirausahaan Sampoerna.
“Kami berkomitmen untuk menjalankan kegiatan usaha yang ramah lingkungan demi menjaga keberlangsungan masyarakat di mana kami beroperasi. Kami mendukung inisiatif dan berperan serta untuk menjaga kelestarian lingkungan serta mengurangi risiko bencana alam yang dapat mengancam masyarakat dan berisiko terhadap pasokan bahan baku, terutama tembakau dan cengkeh,” ujar Paul Janelle, Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk.
Salah satu upaya Sampoerna dalam menjalankan bisnis yang ramah lingkungan diwujudkan dalam program GAP yang dilakukan sejak tahun 2006.
GAP merupakan program pendampingan bagi para petani untuk mendorong budidaya tembakau dan cengkeh yang berkelanjutan melalui praktek yang produktif, kompetitif dan efisien.
Dengan itu, petani diharapkan dapat menghasilkan tembakau dan cengkeh berkualitas tinggi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan serta meningkatkan kondisi sosial-ekonomi masyarakat setempat.
Selain program GAP, Sampoerna juga berperan aktif dalam bidang pelestarian lingkungan yang difokuskan pada kegiatan penanaman pohon dan reboisasi hutan di berbagai daerah di Indonesia, seperti penanaman mangrove, penanaman bambu untuk memulihkan aliran sungai Gunung Rinjani dan konservasi Gunung Arjuno, serta penanaman pohon di tujuh daerah lingkungan kritis.
“Sebagai salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yang telah berdiri dan beroperasi selama 101 tahun. Sampoerna mendukung penggunaan bahan baku yang berasal dari Indonesia dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Kami memperkerjakan lebih dari 85.000 karyawan[1] yang tersebar di seluruh Indonesia serta menjadi salah satu pembeli terbesar daun tembakau dan cengkeh di Indonesia,” lanjut Paul.
Sebagai Industri Prioritas Nasional seperti yang dicanangkan oleh pemerintah, industri tembakau mampu menjadi penopang untuk mendukung pertumbuhan perekonomian nasional dengan menyerap lebih dari 6,1 juta tenaga kerja dari hulu hingga hilir, meliputi 2 juta petani tembakau, 1,5 juta petani cengkeh, 2 juta pedagang eceran, serta 600 ribu pekerja pabrik rokok yang tersebar di sekitar 1.300 pabrik[2].
Selain besarnya serapan tenaga kerja, industri tembakau nasional merupakan salah satu penyumbang pendapatan negara terbesar melalui penerimaan cukai dengan jumlah yang terus meningkat setiap tahunnya. Selama 5 tahun terakhir, pendapatan negara dari cukai rokok hampir mencapai 2 kali lipat, dari Rp55,4 triliun pada tahun 2009 hingga mencapai Rp103,6 triliun di tahun 2013.
Artinya, pajak rokok merupakan penerimaan pajak terbesar ketiga setelah pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai.
Dari sisi perdagangan internasional, berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2014 nilai ekspor produk tembakau Indonesia telah meningkat sebesar 56% dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, yaitu dari US$ 596 juta pada tahun 2009 menjadi US$ 931 juta pada tahun 2013.
Mayoritas produk ekspor tembakau Indonesia merupakan produk jadi bernilai tambah (value-added product) yang mampu menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Indonesia menempati peringkat kedua dunia sebagai produsen-eksportir produk tembakau manufaktur setelah Uni Eropa, mengalahkan Amerika Serikat, Cina, Rusia, dan Korea.
“Selain pasar domestik, saat ini Sampoerna telah berhasil mencakup pasar internasional dengan memproduksi dan memasarkan produk untuk lebih dari 39 tujuan ekspor termasuk negara-negara Asia dan Eropa. Kami berharap kontribusi kami dalam perdagangan internasional dapat memperkuat posisi Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic Community tahun 2015 serta menjadikan Indonesia sebagai pemasok andalan dan potensial dalam rantai nilai global, ” tutup Paul.