Pengamat: Investor Sudah Cinta Sejak Jokowi Bakal Capres
"Waktu itu indeks naik cukup tinggi, saat Jokowi mengumumkan sebagai calon presiden bersama calon wakil presiden Jusuf Kalla."
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat ekonomi Prasetiya Mulya, Lukas Setia Atmadja, melihat presiden terpilih Joko Widodo sebagai sosok yang mampu memberikan angin segar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Hal tersebut dikatakan Lukas berdasar kesiapan Jokowi kala diplot sebagai bakal calon presiden dari PDI Perjuangan. Para pelaku pasar saat itu langsung menyambut positif mantan Wali Kota Solo tersebut.
"Waktu itu indeks naik cukup tinggi, saat Jokowi mengumumkan sebagai calon presiden bersama calon wakil presiden Jusuf Kalla. Banyak yang bilang ini adalah Jokowi effect," kata Lukas di Jakarta, Rabu (15/10/2014).
Gambaran pelaku pasar menyukai Jokowi terlihat kala pileg. PDI Perjuangan meraup suara 19 persen, IHSG menuju zona merah. "Ekspektasi pasar waktu itu PDI Perjuangan bisa meraih 25 persen tapi hanya 19 persen," ucap Lukas.
Sosok Jokowi dinilai dapat memimpin dengan baik dalam menciptakan perekonomian Indonesia lebih maju di masa depan. Di mana, para investor saham dalam berinvestasi mayoritas sebagai jangka panjang.
"Mereka (investor) takut nilai sahamnya akan turun ke depannya, kalau salah pilih (presiden) dan kebijakannya tidak dukung perekonomian, maka pastinya berdampak ke nilai saham," ujarnya.
Lukas pun memprediksi , jika kenaikan IHSG secara rata-rata tahunan sebesar 20 persen, maka tidak menutup kemungkinan IHSG bisa menembus angka 10.000 dalam 5 tahun ke depan.
"Kita lihat presiden terpilih, Jokowi lima tahun mendatang. Diganggu enggak? Kalau Jokowi selamat sampai lima tahun, IHSG bisa ke level 10.000. Dalam 10 tahun terakhir return tahunan IHSG rata-rata 20 persen, jika menghitung itu, bukan tak mungkin IHSG bisa 10.000 bahkan lebih," imbuhnya.