Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ekonom: Harga BBM Sebaiknya Naik Rp 2.500

Tony Prasetiantono menyarankan agar Pemerintahan Joko Widodo Jusuf Kalla hanya menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 2.500.

Editor: Sanusi
zoom-in Ekonom: Harga BBM Sebaiknya Naik Rp 2.500
WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Petugas SPBU coco di Kawasan Abdul Muis, Tanah Abang, tengah mengisikan BBM jenis premium, Minggu (2/11/2014). Rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi menjadi satu kebijakan awal yang dinanti dari pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mengingat beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) semakin berat karena subsidi yang terus membengkak. Warta Kota/angga bhagya nugraha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Universitas Gadjah Mada, sekaligus Komisaris Independen PermataBank Tony Prasetiantono menyarankan agar Pemerintahan Joko Widodo Jusuf Kalla hanya menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp 2.500.

Menurut Tony, kenaikan harga sebesar itu membuat bank sentral tidak perlu menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) yang pada akhirnya akan memperketat likuiditas perbankan.

"Santer terdengar tambahan beban Rp 3.000 per liter untuk BBM bersubsidi. Kalau saya hitung, harga eceran di atas Rp 9.000 membuat inflasi mencapai 8 persen. Saya usul, sebaiknya kenaikan harga BBM tidak Rp 3.000 tapi maksimum Rp 2.500," tutur Tony di Jakarta, Rabu (12/11/2014).

"Kalau naik Rp 2.500, inflasi hanya 7 persen, ini tidak perlu menaikkan BI Rate. Secara psikologi, lebih baik. Kalau kapannya pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, terserah," ucapnya.

Adapun mengenai waktu kenaikan, menurut Tony, hal itu terserah kepada pemerintah.

"Terserah, tapi November adalah waktu yang tepat. Desember juga tidak apa-apa. Asal jangan Januari, karena hujan, banjir, macet, distribusi terganggu," ujar Tony.

Tony juga mengatakan, berapa pun dan kapan pun kebijakan kenaikan harga BBM tersebut dilakukan, langkah tersebut sudah memberikan sinyal positif kepada investor.

Berita Rekomendasi

Alokasi dana sebesar Rp 263 triliun untuk subsidi yang selama ini dianggap salah tempat, bisa lebih produktif. "Bagi investor, itu psikologis yang baik," katanya.(Tabita Diela)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas