Bank Permata Patok Kredit Naik 15 Persen
Roy bilang, target konservatif yang ditetapkan perseroan lantaran risiko likuiditas masih akan meningkat di tahun depan
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- PT Bank Permata Tbk menargetkan pertumbuhan kredit yang konservatif pada 2015 mendatang. Direktur Utama PermataBank, Roy Arman Arfandy mengungkapkan, perseroan akan menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 10%-15% untuk tahun depan.
Target pertumbuhan PermataBank ini lebih rendah ketimbang proyeksi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan juga Bank Indonesia yang mengarahkan pertumbuhan kredit, masing-masing pada kisaran 16%-18% dan 15%-17% untuk tahun 2015. Roy bilang, target konservatif yang ditetapkan perseroan lantaran risiko likuiditas masih akan meningkat di tahun depan.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Ritel dan Consumer PermataBank, Bianto Surodjo mengungkapkan, di tahun 2015, kondisi ekonomi makro masih akan menantang bagi industri perbankan. Oleh karena itu, bank dengan kode saham BNLI ini akan sangat selektif dalam penyaluran kreditnya.
"Kami akan fokus ke sektor yang berorientasi pada konsumsi domestik," kata Bianto di Jakarta, Kamis (27/11).
Bianto menyebutkan, beberapa sektor kredit yang akan mengalami perlambatan yang cukup dalam pada 2015, contohnya di sektor perumahan dan otomotif. Sebelumnya, Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) telah mengalami perlambatan pertumbuhan sejak 2012, yaitu saat regulator mengeluarkan kebijakan loan to value (LTV).
Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) juga mengalami perlambatan sejak regulator melarang penyaluran kredit ke unit properti inden pada September 2013. "Ini memberikan dampak signifikan untuk joint finance," jelas Bianto.
Sebagaimana diketahui, seluruh portofolio KKB Bank Permata disalurkan melalui skema pembiayaan bersama dengan perusahaan pembiayaan. Di samping segmen konsumen, Bianto mengatakan segmen korporasi di sektor pertambangan dan usaha yang berkaitan dengan pertambangan perlu diwaspadai karena menunjukkan gejala pemburukan kualitas kredit.
"Ada risiko likuiditas dan risiko kredit, (karena itu) kami akan berusaha konservatif," jelasnya. (Dea Chadiza Syafina)