Cicilan KPR Sudah Lunas? Ini Alasan Anda Harus Segera Ambil KPR Rumah Kedua
Rumah pertama yang didapat secara KPR sudah lama lunas? Kalau iya, ini sederet alasan Anda harus segera ambil KPR rumah kedua.
Editor: Agung Budi Santoso
Budi menambahkan, pembelian rumah kedua berimbas pada rentetan biaya perawatan. Apabila niat Anda adalah memiliki aset sebagai tabungan hari tua atau untuk anak, lebih baik membeli dalam bentuk tanah. Biaya perawatannya lebih kecil dibandingkan rumah. “Kecuali hendak diubah menjadi aset produktif, maka membeli properti berupa rumah lebih tepat,” katanya.
Jalur pembelian
Jalur penjualan properti berupa rumah tapak (landed house) maupun apartemen banyak ragamnya. Membeli tunai tentu cara pembelian yang paling menguntungkan karena Anda tidak dibebani bunga. Namun, membeli tunai membutuhkan dana tidak sedikit.
Anda bisa memanfaatkan jalur utang untuk bisa mendapatkan rumah kedua. Pertama, utang bank melalui Kredit Pemilikan Properti (KPP). Anda harus menyiapkan dana down payment (DP) setidaknya 40% dari harga rumah kedua yang jadi incaran Anda.
Bunga KPP di bank saat ini terbilang mahal akibat kebijakan pengetatan moneter Bank Indonesia. Anda perlu berhitung cermat apakah membeli rumah di tengah tren bunga tinggi seperti saat ini adalah keputusan tepat untuk dieksekusi.
Kalau pun akhirnya tetap memutuskan beli, lebih baik memilih KPP dari bank yang bekerjasama dengan pengembang. Anda berpeluang mendapatkan diskon khusus jika memilih bank terafiliasi. Kedua, membeli lewat cicilan kepada pengembang. Para pengembang umumnya memberi kesempatan pembelian properti melalui cicilan hingga 36 kali atau 36 bulan.
Selain harus menyiapkan DP, Anda juga dikenakan bunga pinjaman oleh pengembang. Namun, bunganya biasanya tidak setinggi bunga KPR yang ditawarkan oleh perbankan.
Nah, bagaimana jika properti incaran tidak memiliki fasilitas KPR dari bank sedangkan dana kita tidak mencukupi untuk membeli langsung dari pengembang? Anda bisa menghitung lagi kesiapan finansial.
Jika kantong Anda masih memungkinkan untuk menambah dana pembelian berupa utang lunak dari kantor pemberi kerja atau kerabat, sah-sah saja Anda menempuhnya.
Namun, harap ingat peringatan dari para perencana keuangan, ya. “Maksimal jumlah cicilan utang baik utang produktif atau konsumtif adalah 30% dari total penghasilan setiap bulan,” kata Eko Endarto, perencana keuangan Finansia Consulting.
Hitung biaya lain
Selain dana pembelian, Anda harus siap pula dengan biaya lain-lain yang menyertai setiap langkah pembelian rumah. Antara lain biaya perawatan hunian. “Meski harga rumah cenderung naik sehingga menguntungkan, apabila dana maintenance tidak ada, keuntungan tersebut bisa-bisa tergerus,” kata Budi.
Untuk apartemen misalnya, tersewa atau tidak, Anda sebagai pemilik tetap harus membayar biaya perawatan bulanan kepada pengelola. Maka itu, Budi lebih menyarankan agar rumah kedua Anda diubah menjadi aset produktif alih-alih dibiarkan sekadar sebagai tambahan aset. Caranya, sewakan!
Trik menyewakan
Menyewakan rumah kedua memberikan dua keuntungan, yaitu capital gain dari kenaikan harga properti dan pendapatan pasif dari rent fee. Jika berniat menyewakan, selain memastikan target pasar sedari awal, Anda harus aktif pula memasarkannya . Manfaatkan kanal iklan properti di internet atau koran. Iklan di internet banyak yang gratis. “Buat juga database penyewa potensial agar properti kita bisa selalu tersewa,” imbuh Diana.
Agar mendapat penyewa, Anda perlu cermat menentukan tarif sewa. Rata-rata kapitalisasi properti rumah lebih rendah ketimbang apartemen, yaitu hanya 3%–5%. Sedangkan, apartemen mencapai 7%–12%. “Bergantung lokasi juga,” kata Farah Dini, perencana keuangan Janus Consulting.
Misalnya, rumah seharga Rp 700 juta. Maka, tarif sewa minimal adalah Rp 700 juta x 5% ekuivalen Rp 35 juta per tahun atau Rp 2,91 juta per bulan. Jangan segan memberi diskon harga sewa apabila penyewa mau menyewa sekaligus selama setahun atau lebih. Selamat menimbang!
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.