Pemerintah Bidik Pasar di Kawasan Teluk untuk Ekspor Makanan Olahan
Negara-negara di Kawasan Teluk menjadi bidikan untuk ekspor makanan olahan Indonesia.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Negara-negara di Kawasan Teluk menjadi bidikan untuk ekspor makanan olahan Indonesia. Apalagi, konsumsi makanan menjadi pengeluaran utama negara-negara di kawasan tersebut dan diprediksi mencapai 49,1 juta ton pada tahun 2017 dengan pertumbuhan sebesar 3,1 persen tiap tahunnya.
"Uni Emirat Arab (UEA) merupakan hub atau pintu masuk ekspor bagi negara-negara sekitar yang membutuhkan berbagai macam produk. Sementara ekspor makanan olahan kita ke UEA pada tahun 2013 baru mencapai 17.886 ton dengan nilai USD 50,35 juta. Ini peluang menuju pasar yang lebih besar," tegas Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Nus Nuzulia Ishak, dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.com, Senin (1/12/2014).
Menurutnya, pertumbuhan ini digerakkan pertumbuhan populasi, kenaikan pendapatan per kapita, dan booming-nya industri pariwisata di Kawasan Teluk.
Tingkat konsumsi makanan yang begitu tinggi, kata Nus, menjadi salah satu alasan Kementerian Perdagangan melalui Ditjen PEN berpartisipasi untuk pertama kalinya dalam SIAL Middle East 2014 yang diselenggarakan pada 24–26 November beberapa hari lalu di Abu Dhabi National Exhibition Center (ADNEC), Abu Dhabi, UEA.
Pameran SIAL Middle East merupakan salah satu pameran makanan dan minuman internasional terbesar di Kawasan Teluk yang diadakan setiap tahun.
Dijelaskan, menempati lahan seluas 53,541 m2, pameran ini menampilkan kategori produk antara lain fruits & vegetable, meat and poultry, tea, coffee, food, beverages, organic products, grocery, seafood, healthy products & food supplements. Tahun lalu, pameran ini diikuti oleh 1.211 exhibitors dari berbagai industri makanan dan minuman dan dikunjungi lebih dari 40.851 buyers dari berbagai negara.
Nus pun berharap partisipasi Indonesia pada pameran ini tak hanya mempromosikan produk makanan dan minuman Indonesia yang berdaya saing. Tapi juga membuka peluang untuk meraih transaksi jangka panjang. Alhasil hal ini akan meningkatkan nilai ekspor nonmigas ke UEA.
UEA kini masih menduduki posisi ke-19 sebagai negara tujuan ekspor produk makanan olahan. Dalam lima tahun terakhir, nilai ekspor produk makanan olahan ke UEA mengalami tren pertumbuhan positif sebesar 9,23 persen. Nilai ekspor makanan olahan ke UEA pada periode Januari-Agustus 2014 mencapai angka 35,29 juta dolar AS dan tumbuh 9,62 persen dibandingkan periode yang sama setahun lalu.