Para Bankir Bakal Mengerek Bunga Kredit
Para bankir bakal mengerek bunga kredit baik untuk debitur korporasi maupun ritel di kuartal pertama
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA. Para debitur bank, bersiaplah menghadapi himpitan beban bunga kredit lebih tinggi. Mengutip survei terbaru Bank Indonesia (BI) yang terbit Senin (12/1/2015), para bankir bakal mengerek bunga kredit baik untuk debitur korporasi maupun ritel di kuartal pertama tahun ini.
Ambil contoh, rata-rata bunga kredit modal kerja diramal bakal naik 11 basis poin (bps) menjadi 13,60% pada kuartal I tahun ini dari posisi 13,49% pada kuartal IV 2014. Malahan, bunga kredit investasi naik lebih tinggi atau sebesar 16 bps menjadi 13,46%. Bagi debitur individu yang gemar berutang untuk kebutuhan barang konsumsi, kenaikan bunga kredit akan naik lebih rendah yakni sebesar 7 bps menjadi 15,61% di sepanjang kuartal I tahun ini. Itu perkiraan BI selama tiga bulan pertama tahun ini.
Namun, menurut survei BI itu, hingga akhir tahun 2015, bunga kredit konsumsi bakal melesat jauh lebih cepat ketimbang kredit modal kerja dan kredit investasi. Rata-rata bunga kredit konsumsi bakal melonjak naik sebesar 87 bps sepanjang tahun 2015 di kisaran 15,66%. Padahal, di 2014, rata-rata bunga kredit konsumsi masih sekitar 13,49%.
Pemicu lonjakan bunga kredit konsumsi adalah kredit tanpa agunan (KTA). Selama tahun 2015, bunga KTA diperkirakan naik 85 bps menjadi sekitar 21,19% dari tahun lalu yang sebesar 20,34%. Anda yang berniat mencicil rumah (KPR) atau apartemen (KPA) juga bakal menanggung beban lebih berat.
Di kuartal I-2015, bunga KPR dan KPA bakal naik naik 10 bps menjadi 12,85%. Hingga akhir tahun 2015, bunga KPR dan KTA diperkirakan naik 6 bps. Menanti The Fed Seperti biasa, alasan bankir mengerek bunga kredit lantaran biaya dana atau bunga simpanan (cost of fund) naik.
Survei BI menyebut, di kuartal I 2015, biaya dana diperkirakan naik 6 bps. Alasan lain bankir, mengikuti tren suku bunga dunia.
Wan Razly Abdullah, Direktur Keuangan Bank CIMB Niaga, menuturkan, pihaknya menanti keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang berniat menaikkan suku bunga acuan. "Jika The Fed mengerek suku bunga dan BI juga menaikkan suku bunga, kami akan adjust di bunga kredit dollar," kata Wan kepada KONTAN, Senin (12/1).
Senada, Achmad Baequni, Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI) menilai, pihaknya belum berencana menaikkan suku bunga kredit pada kuartal I 2015, asalkan BI menahan diri menaikkan bunga acuan BI rate. "Yang paling cepat merespon kenaikan adalah bunga floating seperti KPR dan kredit korporasi," tandas Baequni.
Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP menyatakan, pihaknya pun menunggu pergerakan pasar dan BI rate sebagai patokan. Saat ini, Bank OCBC NISP belum berencana menaikkan bunga kredit, kecuali ada kenaikan bunga di pasar.
Bank Permata memiliki sikap lebih pasti. Bank patungan Astra Internasional dan Standard Chartered Bank ini sudah memantapkan hati untuk mengerek suku bunga kredit. Meski begitu, Roy A. Arfandy, Direktur Utama Permata Bank mengungkapkan, Bank Permata masih mengkaji besaran kenaikan suku bunga kredit yang bakal diterapkan. "Memang ada rencana, tapi kami belum putuskan naik berapa dan sektor mana saja yang akan naik. Kami menunggu laporan keuangan akhir tahun 2014 untuk analis internal," kata Roy.(KONTAN/ Dea Chadiza Syafina, Issa Almawadi, Nina Dwiantika )