Profil Pemilik Lion Air, Rusdi Kirana Salesman Mesin Ketik yang Kini Punya Maskapai Terbesar
Kekayaan mereka berdua ditaksir mencapai 1,7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 21,8 Triliun pada akhir 2014
Editor: Yudie Thirzano
Dari cerita yang dia sampaikan sendiri. Rusdi tampak bukan orang yang baru dalam politik. Setidaknya dia mengikuti perkembangan dunia politik termasuk imbasnya ke iklim bisnis.
Rusdi mengakui era reformasi yang dimulai pada 1998 ikut mengubah hidupnya.
Era reformasi membuka peluang bagi Rusdi untuk menapaki puncak kariernya. Dia bukan pebisnis yang berasal dari kelas elite.
Sebelum memiliki kekayaaan senilai Rp 21 triliun, Rusdi pernah menjadi salesman produk mesin ketik. Saat itu dia hanya menerima gaji Rp75 ribu per bulan.
Reformasi membuka peluang siapapun untuk memulai kembali hidupnya. Rusdi pun menjajal bisnis biro perjalanan. Sukses dalam bisnis biro perjalanan, membuat Rusdi bersaudara bisa menabung untuk membeli satu armada pesawat.
"Memulai bisnis agent travel pada masa Orde Baru menjadi akhirnya memiliki maskapai sendiri. Ini sesuatu yang mengagumkan," kata Rusdi.
Rusdi menuturkan meskipun menjadi pengusaha dirinya tetap menaruh perhatian kepada dunia politik. Sehingga saat ia menemukan partai yang cocok baginya maka ia pun terjun ke dunia politik.
Sebelum namanya berkibar di dunia politik. Rusdi lebih banyak tinggal di Singapura bersama keluarganya. Salah satu alasannya adalah anak-anaknya yang sekolah di Singapura.
Kini dua anaknya sudah menyelesaikan sekolah di Singapura dan melanjutkan kuliah di AS. Namun masih ada seorang lagi anaknya yang tengah menimba ilmu di Singapura.
"Jadi saya masih ketemu anak saya di Singapura," katanya.
Dengan terpilihnya Rusdi menjadi Wakil Ketua Umum PKB, ia berjanji akan membagi waktunya di Indonesia. Apalagi, saat itu PKB mulai berkampanye menjelang Pemilu 2014.
"Saya bagi waktu, ini soal memanage waktu tapi akan lebih banyak tinggal di Indonesia," kata Rusdi.
Jauh hari sebelum kisruh jadwal terbang Lion Air yang terjadi Jumat (20/2/2015), Rusdi pernah berbicara soal delay.
"Kami punya penerbangan satu hari 700 kali. Kami tidak bisa lepas dari itu delay," kata Rusdi saat ditemui seusai acara Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Antara PBNU dengan Lion Gruop dan Peresmian Kantor NULion di Jakarta, Sabtu (17/5/2014).
Lebih lanjut, dia mengatakan, jika penerbangan tertunda terlalu lama dari jadwal yang ditentukan, perseroan menyediakan konpensasi bagi penumpang yang dirugikan.
"Kami berikan apa yang harus diberikan pada penumpang, seperti konpensasi (uang ganti rugi)," tutur Rusdi