Satrio Sukses Mengembangkan BPR di Kampung Sendiri
Dalam tiga tahun terakhir, dia juga membangun hotel dan wahana rekreasi demi perkembangan wisata Banjarnegara.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Sudah banyak kisah putra daerah yang berjuang untuk membesarkan daerahnya. Satrio Yudiarto adalah salah satunya. Pria yang pernah bekerja di bank internasional ini tak ingin melupakan tanah kelahirannya, Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng). Ia mendirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Surya Yudha untuk membantu masyarakat Jateng. Dalam tiga tahun terakhir, dia juga membangun hotel dan wahana rekreasi demi perkembangan wisata Banjarnegara.
Dibesarkan oleh orang tua yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) tak membuat Satrio ingin menjadi PNS. Pria yang sudah berusia 67 tahun ini mengaku jiwa wirausaha muncul di bangku sekolah. “Saya sejak SD suka berjualan, mulai layangan, mainan. Sampai kuliah, saya selalu mencari peluang untuk berusaha,” tutur Satrio.
Namun ketika kuliah, ia menuruti orang tuanya untuk kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Keuangan dan Perbankan (Stikubank) di Semarang. Setelah tamat sebagai sarjana muda, dia melamar sejumlah perusahan dan bank nasional. Dari 30 surat lamaran yang ia kirimkan, hanya satu perusahaan yang menerima dia, yakni Bank of Tokyo yang berkantor di Jakarta.
Di bank ini, Satrio merintis karier hingga ia memangku jabatan Senior Assistant General Manager. Nah, beberapa tahun menjelang pensiun, Satrio punya rencana sendiri. Ia ingin kembali ke daerah asalnya, Banjarnegara. Tetapi, dia tidak mau menganggur. “Dengan kehidupan saya di Jakarta yang dimulai dari pukul 5 pagi sampai malam, saya takut mengalami post power syndrome saat pensiun, ujarnya.
Lantas, pada 1991, ia pulang kampung ke Banjarnegara. Ia mulai merintis usaha yang masih berkaitan dengan ilmu yang ia kuasai. Pada 12 April 1992, Satrio meluncurkan BPR Surya Yudha. Pria kelahiran 6 September 1945 ini menggelontorkan modal Rp 150 juta, hasil tabungannya selama puluhan tahun menjadi pegawai bank.
Namun, saat itu ia belum meninggalkan pekerjaannya di ibukota. Dus, tiap akhir pekan, dia pulang, untuk mengawasi langsung BPR Surya Yudha.
Melihat usahanya semakin maju, Satrio memutuskan pensiun lebih dini pada tahun 2000. Keputusan ini tepat. Sekembalinya, BPR Surya Yudha berkembang pesat. Bahkan, kini, BPR Surya Yudha memiliki 24 kantor cabang dengan 48 kantor kas. Jumlah nasabahnya di Kabupaten Banjarnegara, Temanggung, Wonosobo, Purbalingga, Purwokerto, Cilacap, dan Pekalongan mencapai 75.000 nasabah.
Total aset konsolidasi dari BPR ini sekarang mencapai Rp 1,3 triliun. Satrio bilang, pertumbuhan bisnis BPR Surya Yudha tiap tahun sebesar 20%.
Rambah pariwisata
Visi Satriyo dalam merintis BPR Surya Yudha adalah menjadi tuan rumah di kampungnya sendiri. Dus, ia berjuang untuk memberdayakan masyarakat Banjarnegara dengan akses yang ia miliki. “Fokus saya adalah pelaku UMKM,” ujar dia.
Tentu, kiprah Satrio membesarkan usahanya tidak bebas dari kendala. Ia menyadari semakin lama, angin persaingan kian kencang. BPR harus bersaing dengan koperasi dan bank umum serta bank asing. Ini tak melunturkan semangatnya. Satrio optimistis BPR tetap menjadi sumber pendanaan andalan pengusaha kecil-menengah.
Menurut dia, BPR Surya Yudha punya keunggulan karena semua karyawannya asli masyarakat Banjarnegara. “Karyawan BPR tak butuh waktu lama untuk menyesuaikan dengan masyarakat, bahkan lebih optimal dalam menjangkau nasabah, tandasnya.
Sejak awal, inilah yang diunggulkan Satriyo. Dulu, ia merintis BPR Surya Yudha dengan 13 orang putra daerah. Dia bilang, ketiga belas orang tersebut masih bertahan bahkan bergabung dalam jajaran direksi BPR Surya Yudha. Sekarang, BPR Surya Yudha memperkerjakan sekitar 1.000 orang.
Kiprah Satriyo ternyata tidak berhenti di bidang perbankan. Dia juga giat mengembangkan sektor pariwisata di Banjarnegara. Meski dia mengaku, melebarkan sayap di dunia pariwisata merupakan suatu kebetulan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.