Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Politikus Golkar Ini Nilai Ada Kekuatan Besar Mainkan Harga Beras

Sebagai solusi jangka pendek, raskin untuk bulan Februari dipercepat.

Penulis: Hasanudin Aco
zoom-in Politikus Golkar Ini Nilai Ada Kekuatan Besar Mainkan Harga Beras
KOMPAS images/KRISTIANTO PURNOMO
Perdagangan beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, Rabu (25/2/2015). Wakil Presiden Jusuf Kalla memerintahkan Perum Bulog untuk menyalurkan sebanyak 300.000 ton beras bagi rakyat miskin (raskin) untuk menstabilkan harga beras yang mulai naik. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus Golkar, Sarmuji menilai ada kejanggalan kenaikan beras saat  ini. Menurutnya, ada kekuatan besar yang mengubah ‘hukum besi’ harga. Sesuai hukum besi harga, jika suplai besar dan ada harapan suplai lebih besar lagi, harga akan cenderung turun. Tetapi ini sebaliknya, harga naik sangat tinggi di saat stok cukup dan sebentar lagi ada tambahan suplai karena panen raya.

“Siapa yang bisa mengubah hukum besi harga? Pasti mereka yang memiliki kekuatan besar. Pelakunya pasti tidak banyak karena tidak mungkin banyak orang bisa bersepakat untuk bisa memainkan harga,” kata Sarmuji di gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (26/02).

Ia mengatakan, ada beberapa motif bagi pelaku untuk memainkan harga beras. Pertama adalah motif untuk membuka keran impor dengan cara memberi imajinasi bahwa stok beras tidak cukup. Kedua, motif untuk melepas stok di gudang dengan harga yang relatif tinggi. Begitu pemerintah ikut melepas beras dengan harga rendah dengan waktu yang sangat dekat dengan atau bersamaan dengan panen raya, harga akan terjun bebas dan pemain pasar akan membeli dengan harga yang rendah. “Jadi, para pemain untung dua kali, melepas stok dengan harga tinggi, dan membeli beras fresh dengan harga rendah,” tegas anggota Komisi VI DPR ini.

Dijelaskannya, para pelaku tahu bahwa tata niaga beras memiliki kelemahan mendasar. Pertama, early warning system harga bahan pokok tidak berfungsi. Harusnya, begitu naik lebih dari 10 persen, alarm di Kementerian Perdagangan langsung berbunyi.  

Kedua, rantai birokrasi dalam menangani kenaikan harga juga terlalu panjang. Bulog meskipun tahu ada kenaikan harga tidak bisa serta merta melaukan operasi pasar karena harus menunggu perintah Kementerian Perdagangan. Kementerian Perdagangan harus menunggu permintaan operasi dari Gubernur, Gubernur menunggu laporan Kabupaten/Kota.

Ketiga, fungsi Bulog sebagai penyangga harga tidak berjalan secara optimal. Bulog harus tahu kapan masuk membeli beras dan kapan harus mengeluarkan stok. Harusnya mulai bulan Desember stok sudah dikeluarkan. Pertengahan Maret Bulog harus masuk karena mulai panen raya. “Bulog juga harus memiliki infrastruktur untuk bisa melakukan operasi pasar secara cepat. Caranya bisa dengan membuka outlet di pasar-pasar besar. Pada saat harga normal, Bulog menjalankan bisnis biasa. Pada saat harga naik, Bulog menjalankan operasi pasar,” katanya.

Sebagai solusi jangka pendek, raskin untuk bulan Februari dipercepat.

Berita Rekomendasi

Saat ini raskin untuk bulan Januari baru dibagi pertengahan Februari.  “Operasi pasar harus dipercepat secara simultan sehingga awal Maret harga sudah stabil dan tidak perlu operasi pasar lagi karena jika pertengahan Maret masih operasi pasar, dikhawatirkan akan mengganggu harga di tingkat petani karena harga bisa turun secara drastis,” tukasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas