Penguatan Dolar AS Picu Investasi Pabrik Semen Indonesia Membengkak
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) terpaksa merogoh kocek lebih dalam untuk pembangunan Pabrik Rembang
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Budi Prasetyo
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) terpaksa merogoh kocek lebih dalam untuk pembangunan Pabrik Rembang, akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia, Agung Wiharto mengatakan, perseroan sedang mengerjakan pembangunan pabrik baru yang berada di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Pabrik ini memiliki kapasitas 3 juta ton per tahun dan dibangun di atas tanah seluas 55 hektare.
Menurutnya, hitungan awal untuk pembangunan Pabrik Rembang yaitu sebesar Rp 3,7 triliun dengan kurs Rp 10.000 per dolar pada 2012. Namun pada 2015, rupiah sudah berada di level Rp 13.000 per dolar AS dan nilai investasinya menjadi Rp 4,4 triliun.
"Penguatan dolar AS itu berdampak ke investasi pabrik baru, dimana Pabrik Rembang kan masih terus berjalan dan diperkirakan selesai pada akhir 2016. Perkiraan dana Rp 4,4 triliun sampai selesai dengan kurs saat ini, tapi kalau kurs turun maka biaya juga turun," tutur Agung, Jakarta, akhir pekan ini.
Dengan beroperasinya pabrik Rembang dan pabrik lainnya, maka perseroan berharap kapasitas produksi Grup Semen Indonesia pada 2017 menjadi 40,8 juta ton, dari perkiraan pada 2016 sebesar 39,3 juta ton. Sedangkan, produksi saat ini baru mencapai 31,8 juta ton.
Sementara itu, mengenai kegiatan operasional perseroan akibat penguatan dolar AS. Agung menilai, hingga saat ini tidak terlalu berdampak signifikan karena struktur beban pengeluaran yang menggunakan dolar AS hanya sebesar 7 persen.
"Menggunakan dolar itu seperti pembelian spare part, materian pembelian natural gipsun, jadi tidak banyak. Artinya kalau ada fluktuasi rupiah, dampaknya tidak signifikan. Itu pun kita bisa imbangi dari ekspor semen yang dibayar dalam bentuk dolar AS," tutur Agung.
Untuk diketahui, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat (20/3/2015) mencatat rupiah kembali melemah ke level Rp 13.075 dari posisi hari sebelumnya Rp 13.008 per dolar AS.