Presiden Tiongkok dan Jokowi Sepakat Bangun Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Presiden Jokowi mengundang RRT untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur maritim Indonesia, khususnya untuk pelabuhan laut dalam.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan pertemuan bilateral dengan Presiden Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Xi Jinping sebagai tindak lanjut pemenuhan target yang disepakati pada kunjungan Presiden RI ke Beijing pada Maret 2015 lalu.
Target dimaksud yakni peningkatan nilai perdagangan bilateral kedua negara hingga mencapai USD 150 miliar.
Karena itu, pertemuan bilateral ini pun sepakat merumuskan proyek-proyek prioritas besar dan rencana aksi kemitraan strategis dan komprehensif kedua negara.
Salah satunya, kata Jokowi, ditandatangani kerjasama untuk pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung.
Demikian disampaikan Presiden Jokowi dalam keterangan persnya usai menutup KTT Asia Afrika di jakarta Convention center (JCC), Jakarta, Kamis (23/4/2015).
Selain itu, Presiden Jokowi mengundang RRT untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur maritim Indonesia, khususnya untuk pelabuhan laut dalam.
Dari sektor pariwisata, RRT ada pada peringkat ke-4 wisatawan mancanegara yang mengunjungi Indonesia, yakni sebanyak 888.725 orang pada 2014.
Dalam peretemuan bilateral itu, Presiden Xi Jinping berjanji untuk memperluas investasi di Indonesia. Presiden RRT berjanji akan mendorong wisatawan Tiongkok untuk berkunjung ke Indonesia dengan target 10 juta wisatawan/pertahun.
Sebelumnya, juga di sela KAA, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno telah menandatangani MoU kerangka kerja sama untuk melandasi studi kelayakan secara detail dan struktur finansial proyek pembangunan kereta cepat (high speed train) dengan Tiongkok.
"Dari opsi funding Tiongkok akan menyiapkan dananya melalui China Development Bank, tinggal strukturnya. Mereka juga berharap dapat berinvestasi. Tapi mereka juga memberikan opsi jika tidak investasi langsung, maka berupa pinjaman jangka panjang," kata Rini.
Sayangnya, Rini mengatakan belum ada angka pendanaan yang disepakati kedua belah pihak. Pada kesempatan itu juga digunakan RIni untuk menekankan kembali permintaan transfer teknologi oleh Tiongkok ke Indonesia.
Pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung sempat menarik minat Jepang dan Tiongkok. Namun, pada Januari lalu Japan Bank for International Cooperations (JIBC) menyatakan bahwa Jepang sudah tidak tertarik lagi dengan proyek kereta cepat senilai Rp 100 triliun untuk rute Jakarta - Surabaya.
Franky Sibarani, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), mengkalkulasi nilai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sekitar USD 6,55 miliar atau sekitar Rp 84 triliun. Salah satu komitmen investasi yang sudah dikantongi BKPM berasal dari Tiongkok sebesar USD 24,9 miliar.
RRT adalah mitra dagang terbesar Indonesia dengan nilai sebesar USD 48,23 miliar di tahun 2014. RRT juga investor asing terbesar ke-8 di Indonesia senilai USD 800juta dalam 501 proyek pada 2014.