Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kredit Macet Mengancam Perbankan

Lolos dari likuiditas ketat di tahun lalu, kali ini perbankan menghadapi dua tantangan berat sekaligus

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kredit Macet Mengancam Perbankan
(Tribunnews/Hendra Gunawan)
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Lolos dari likuiditas ketat di tahun lalu, kali ini perbankan menghadapi dua tantangan berat sekaligus. Yakni, perlambatan ekonomi sekaligus kenaikan rasio kredit macet atawa non performing loan (NPL).

Irwan Lubis, Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengakui, tekanan kredit macet sudah terasa sejak awal tahun ini. Atas dasar itulah, regulator perbankan ini rutin menggelar pertemuan dengan para bankir.

Inti pertemuan, OJK meminta bankir mengantisipasi risiko kredit agar tidak terjadi pembengkakan lebih lanjut. "Bank sudah mengantisipasi dengan menaikan provisi," kata Irwan, kemarin.

OJK memproyeksikan, NPL perbankan berpotensi naik sebesar 0,12% di sepanjang tahun ini. Per Februari 2015, NPL gross perbankan sudah menyentuh level 2,42%, naik dari posisi 2,16% di Desember 2014.

Irwan bilang, OJK mulai was-was jika rasio NPL nett sudah bergerak mencapai level 2%. Menurut dia, penyebab utama kenaikan NPL adalah perlambatan ekonomi yang menyebabkan pendapatan masyarakat menurun.

Hal itu merembet terhadap pelemahan konsumsi dan kemampuan debitur menunaikan kewajiban cicilan kepada bank. Kemudian, dari sisi eksternal, kredit macet disumbang oleh penurunan permintaan dan harga komoditas.

Yang pasti, sebagian besar bank besar terimbas tren naik NPL (lihat tabel). Donsuwan Simatupang, Direktur BRI menargetkan, NPL gross BRI terjaga di bawah 2,2% di akhir tahun ini.

Berita Rekomendasi

Strateginya, memperbaiki struktur pemberian kredit di segmen menengah dan ritel. Dua sektor ini penyumbang besar kenaikan NPL BRI. "Kami akan batasi lima segmen bisnis di masing-masing wilayah," ujar Donsuwan.

Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) mengaku, pihaknya mengantisipasi tren kenaikan NPL dengan memperbesar provisi.

"Kalau margin (NIM) tinggi, masih aman dari segi profitabilitas meski pencadangan naik," ujar Jahja. Wan Razly Abdullah, Direktur Keuangan Bank CIMB Niaga mengatakan, CIMB membatasi kredit komoditas sebagai upaya bersih-bersih kredit macet. (Dea Chadiza Syafina/Nina Dwiantika)

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas