Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Tak Mampu Hapus Premium, Pertamina Disindir Faisal Basri

Namun, untuk rekomendasi penghapusan Premium, Pertamina kurang selaras dengan usulan Tim Anti-Mafia Migas tersebut

Editor: Sanusi
zoom-in Tak Mampu Hapus Premium, Pertamina Disindir Faisal Basri
WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri didampingi Anggota tim memberikan keterangan mengenai komposisi sumber BBM di Indonesia di Kementrian ESDM, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat , Minggu (21/12/2014). Dalam keterangan tersebut, terdapat beberapa rekomendasi yang akan diajukan kepada pemerintah terkait penentuan harga BBM bersubsidi yang dapat menciptakan insentif bagi penghematan BBM oleh masyarakat dan peningkatan investasi pada industri pengilangan minyak di dalam negeri. WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi (Migas) Faisal Basri dalam paparan rekomendasi terakhirnya menyampaikan beberapa rekomendasi yang diberikan tim ke pemerintah ada yang sudah dilaksanakan, ada juga yang baru sebagian dilaksanakan.

Soal rekomendasi pembubaran Pertamina Energy Trading Ltd. (Petral) misalnya, Faisal menyebut, apa yang dilakukan pemerintah dan PT Pertamina (Persero) melebihi ekspektasi dari tim.

Ternyata yang dilikuidasi tidak hanya Petral saja, melainkan juga anak usahanya yakni Pertamina Energy Services Pte.Ltd (PES) dan Zambesi Investments Limited (Zil).

Namun, untuk rekomendasi penghapusan Premium, Pertamina kurang selaras dengan usulan Tim Anti-Mafia Migas tersebut. Tim Faisal yakin penghapusan Premium atau RON88 bisa dilakukan dalam waktu enam bulan. “Pertamina minta paling lama dua tahun,” kata Faisal di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Rabu (13/5/2015).

Dalam hal ini, Faisal menyindir Pertamina yang mengatakan tidak mampu melenyapkan Premium dalam waktu enam bulan. Tapi buktinya, Pertamina bisa menyiapkan bahan bakar minyak (BBM) varian baru Pertalite dalam kurun waktu enam bulan.

“Kita juga sadar. Kami merasakan ada kekuatan yang ingin mengganggu atau mempertahankan apa yang mereka dapatkan sendiri, selama ini. Tantangan itu yang kita coba,” kata pengamat ekonomi politik Universitas Indonesia itu.

Pada bagian lain Faisal mengatakan, tim merekomendasikan agar kilang-kilang Pertamina bisa memproduksi lebih banyak RON92. Salah satu yang bisa dimanfaatkan, sebut dia adalah kilang milik PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI).

Berita Rekomendasi

“Tapi mungkin gara-gara kasus TPPI sekarang, jadi takut orang menjamah TPPI, jadi delay lagi,” kata Faisal.

Kendati sebagian rekomendasi belum ditindaklanjuti, Faisal tetap menilai pemerintah cukup responsif terhadap masukan tim. Bahkan untuk usulan-usulan yang belum resmi menjadi rekomendasi sekalipun.

“Ya mungkin kekuatan tim itu. Kalau kita dibentuk hanya untuk basa-basi ya kita cemberut semua wajahnya. Tapi ini berbeda,” ucap Faisal.(Estu Suryowati)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas