Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ketatnya Regulasi dan Minimnya Gaji, English First Kesulitan Mendatangkan Guru Asing

Lars Berg mengungkapkan, jumlah guru internasional di EF saat ini belum sepenuhnya terpenuhi karena EF kesulitan mendatangkannya.

Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Ketatnya Regulasi dan Minimnya Gaji, English First Kesulitan Mendatangkan Guru Asing
Tribunnews.com/Daniel Ngantung
Country Director EF Indonesia Lars Berg 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai bahasa internasional, bahasa Inggris wajib dikuasai oleh masyarakat global, tak terkecuali Indonesia.

Kemampuan berbahasa Inggris semakin krusial mengingat Indonesia akan segera memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Jika kompetensi untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris tidak ditingkatkan, besar kemungkinan Indonesia akan kalah bersaing dengan negara lain.

Ada banyak cara untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, salah satunya mengikuti kelas kursus berbahasa Inggris. EF (English First) sebagai lembaga pendidikan internasional asal Swedia berkomitmen untuk mengelevasi kemampuan berbahasa Inggris masyarakat Indonesia melalui kursus bahasa Inggris yang ditangani oleh guru-guru yang berkompeten, baik lokal maupun internasional.

Namun upaya tersebut agak terkendala karena terbatasnya jumlah pengajar asing. Country Director EF Indonesia Lars Berg mengungkapkan, jumlah guru internasional di EF saat ini belum sepenuhnya terpenuhi karena EF kesulitan mendatangkannya.

Idealnya, setiap EF harus diperlengkapi lima tenaga pengajar asing. Saat ini, terdapat 70 pusat kursus EF yang tersebar di sejumlah kota di Indonesia. Itu berarti, EF membutuhkan 350 guru asing. Namun saat ini, EF yang telah hadir di Indonesia sejak 1986 itu hanya memiliki 200 guru asing dari total 600 guru yang ada.

"Regulasi pemerintah Indonesia yang terlalu ketat menjadi alasannya. Padahal kebutuhan masyarakat Indonesia sudah semakin meningkat," kata Lars kepada TribunNEWS di EF Adult Center, Kuningan City, Jakarta, Rabu (3/6/2015) siang.

Peraturan tersebut, lanjut Lars, mencakup pengalaman mengajar minimal lima tahun serta harus mengantongi gelar sarjana dalam bidang bahasa Inggris.

"Regulasi ini lebih ketat dibandingkan negara lain di Asia. Alhasil, banyak tenaga pengajar kami yang akhirnya mengajar di negara lain seperti Vietnam atau Tiongkok," ujar Lars.

Faktor penyebab lainnya adalah masalah pendapatan. Bagi pengajar asing yang mengutamakan salary, Indonesia bukan negara yang menarik karena penghasilan yang didapat lebih kecil daripada mengajar di negara lain seperti Tiongkok atau Korea Selatan.

Dalam standar operasional EF, jumlah tenaga pengajar asing dengan lokal harus seimbang karena keduanya saling melengkapi.

Dijelaskan pengajar lokal sangat unggul dalam hal teoritis sehingga sangat dibutuhkan untuk memperdalam tata bahasa dan memperluas kosakata murid.

Sementara pengajar asing hadir untuk memotivasi para murid agar lebih berani bercakap dengan orang asing sekaligus membuka wawasan mereka tentang kebudayaan di luar Indonesia.

Ia pun berharap, ada keringanan dari pemerintah Indonesia sehingga kebutuhan EF akan tenaga pengajar asing di Indonesia terpenuhi. Dengan begitu, akses masyarakat Indonesia untuk mendapatkan pendidikan bahasa Inggris yang lebih baik semakin terbuka. (Daniel Ngantung)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas