Bisnis Waralaba Tetap 'Renyah' di Tengah Kelesuan Ekonomi
Gairah terhadap kemitraan dan waralaba, baik asing maupun lokal, masih didominasi oleh sektor kuliner.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ekonomi Indonesia sepanjang awal tahun ini boleh saja lesu. Tapi, antusiasme masyarakat untuk membuka usaha tetap tinggi. Ini terlihat dari minat waralaba asing menawarkan kerja sama dalam ajang International Franchise, License, & Business Concept Expo & Conference (IFRA) 2015.
Dari total 189 peserta pameran bisnis yang dihelat di Jakarta Convention Center (JCC) oleh Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) hingga hari Minggu (31/5), seperempat atau sebanyak 47 peserta merupakan waralaba asing.
Beberapa waralaba asing yang mencari mitra adalah Q-dess, Adan Laundry, dan Cool Blog (Malaysia), serta Squeezed! (Singapura). Ada pula Shinkenjuku dan Kansai Japanese Restaurant (Jepang), serta N&B Pancake (Thailand). Masih ada puluhan waralaba lain dari Hong Kong, Taiwan, Filipina, dan Makau.
Gairah terhadap kemitraan dan waralaba, baik asing maupun lokal, masih didominasi oleh sektor kuliner. Di luar itu, ada sektor otomotif, jasa dan hiburan, serta pendidikan. "Tahun ini, peserta pameran meningkat 2% dari tahun lalu," ujar Anang Sukandar, Ketua AFI.
Janice Lee, Business Development Manager Squeezed!, waralaba jus sehat asal Singapura, melihat pasar Indonesia cukup menjanjikan. "Tren jus sehat tengah booming di Indonesia," tuturnya.
Waralaba kuliner asal Jepang, Kansai Japanese Restaurant dengan menu andalannya okonomiyaki, yakin cocok dengan lidah masyarakat Indonesia. "Kami mencari formula saus yang cocok dengan selera konsumen," kata Yamazaki, pemilik Kansai. Selain di Jepang, restoran ini telah hadir di Australia.
Freedie Chan Chor Wai, General Manager Q-dees, waralaba pendidikan asal Malaysia menyebut bisnis pendidikan di Indonesia cukup potensial meski perekonomian sedang lesu. "Pendidikan tetap dibutuhkan. Apalagi Malaysia dan Indonesia memiliki konsep belajar yang sama," terangnya.
Kementerian Perdagangan menyebutkan, per Desember 2014, terdapat 258 waralaba asing atau setara 38% dari rotal usaha waralaba yang terdaftar resmi. Dari 414 waralaba lokal yang terdaftar, hanya 15 brand yang berhasil go international. "Kuliner berpotensi untuk bisa go international karena menu kuliner tiap daerah di Indonesia unik," ungkap Anang. (Izzatul Mazidah/Jane Aprilyani/Silvana Maya Pratiwi/Yulianna Fauzi)