Pemerintah Ogah Gunakan Cadangan Devisa untuk Kuatkan Rupiah
Menurut Sofyan, pemerintah bisa saja menguatkan rupiah dengan cepat
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS lebih dikarenakan adanya isu kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed).
"Isu suku bunga (The Fed) berkembang dan pelaku pasar spekulasi akan mempengaruhi mata uang dunia, karena selama ini bergantung kepada dolar AS," ujar Sofyan di Jakarta, Sabtu (1/8/2015).
Kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat (31/7/2015) melemah 13 poin menjadi Rp 13.481 dari posisi sebelumnya Rp 13.468 per dolar AS.
Menurut Sofyan, pemerintah bisa saja menguatkan rupiah dengan cepat yaitu melakukan intervensi pasar dengan mengeluarkan dana cadangan devisa.
Namun, hal ini tidak dilakukan karena penguatan dolar AS pada saat ini berdampak kesemua negara, bukan rupiah saja.
"Beberapa negara melakukan intervensi di pasar, kita tidak mau menghabiskan devisa cuma gara-gara itu. Dolar AS akan naik turun sampai The Fed menaikkan bunganya," tutur Sofyan.
Tercatat cadangan devisa Indonesia akhir Juni 2015 mencapai 108,03 miliar dolar AS, lebih rendah 2,8 miliar dolar AS dibandingkan dengan posisi akhir Mei 2015 sebesar 110,8 miliar dolar AS.
Walau tidak melakukan intervensi di pasar uang, Sofyan menilai pemerintah bersama Bank Indonesia berupaya menahan pelemahan rupiah terlalu dalam dengan memperbaiki sistem ekonomi dalam negeri.
"Kita dorong ekspor, birokrasi dikurangi, dan penegakan hukum pasti. Ini pasti membuat ekonomi kita bersaing dan bisa menguatkan rupiah," ujarnya.