Dalam Sepekan Tiongkok Tiga Kali Devaluasi Yuan
Tiongkok lagi-lagi menurunkan nilai yuan sebesar 1,1 persen, Kamis (13/8/2015). Ini merupakan penurunan ketiga berturut-turut dalam sepekan ini.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania Christine
TRIBUNNEWS.COM, TIONGKOK - Tiongkok lagi-lagi menurunkan nilai yuan sebesar 1,1 persen, Kamis (13/8/2015). Ini merupakan penurunan ketiga berturut-turut dalam sepekan ini.
Menurut laporan Sistem Perdagangan Valuta Asing Tiongkok, kurs referensi yuan terhadap dolar Amerika Serikat dipangkas menjadi 6,4010 yuan untuk satu dolar AS, atau turun 1,11 persen dari nilai sebelumnya.
Meski menyasar dolar AS, devaluasi ini menuai kekhawatiran negara-negara lain yang mulai merasakan tekanan untuk ikut melakukan devaluasi dan mempertanyakan keadaan ekonomi Tiongkok yang dinilai semakin bergerak lambat.
Penurunan yuan dirasakan imbasnya oleh pasar-pasar saham Eropa, seperti di London, Frankfurt, dan Paris. AS justru berhasil menghadapi imbas devaluasi di awal-awal masa penurunan yuan.
Pasar finansial pun dikejutkan Tiongkok melalui penurunan nilai yuan berturut-turut di pekan ini, di mana kini nilainya sudah dua kali lebih rendah. Bahkan kali ini merupakan penurunan yuan paling besar sejak 1994, ketika Tiongkok mendevaluasi yuan sebesar 33 persen.
Menurut para pengamat, devaluasi tersebut adalah strategi Tiongkok mendorong ekspornya dengan cara mengurangi nilai jual barang ekspor untuk negara-negara lain, serta memacu pergerakan ekonomi di dalam negeri yang diharapkan dapat menjadikan yuan sebagai mata uang yang patut diperhitungkan oleh IMF.
Meski bercita-cita demikian, ekonom Bank Rakyat Tiongkok (PBoC), Ma Jun, mengatakan Tiongkok tak mungkin sengaja mendevaluasi yuan untuk memancing "perang kurs", seperti yang dikhawatirkan selama ini oleh negara-negara lain. (Guardian)