Krisis Ekonomi, Yusril Minta Pemerintah Turunkan Harga BBM dan Bunga Bank
Padahal subsidi sudah dicabut, kurs yang tidak stabil juga menyebabkan industri susah membuat kalkulasi
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra angkat bicara soal kondisi ekonomi Indonesia yang terus terpuruk belakangan. Yusril berharap pemerintah segera mengambil langkah jitu.
"Target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen yg dicanangkan Presiden Jokowi di awal pemerintahannya kini nyaris mustahil bisa terujud. Situasi ekonomi dunia sedang tdk menentu. Situasi ekonomi dalam negeri pun sama saja terkena imbas dari dalam dan dari luar," kata Yusril lewat pesan singkat yang diterima Tribunnews.com, Selasa (25/8/2015).
Menurutnya, hari ini harga minyak dunia turun ke angka 38 USD per barrel. Namun harga eceran dalam negeri tetap. Padahal subsidi sudah dicabut, kurs yang tidak stabil juga menyebabkan industri susah membuat kalkulasi. Bisnis berada dlm ketidakpastian, suku bunga tetap tinggi, demikian pula pengenaan pajak.
"Dalam situasi seperti ini usaha apapun akan mati dengan sendirinya. Negara harus mengambil kebijakan yang tepat dan segera menggairahkan kegiatan ekonomi. Harga BBM harus diturunkan agar industri mampu meningkatkan daya saing. Bunga bank juga harus diturunkan agar investasi bergerak, Pajak mau tidak mau harus dikaji ulang," katanya.
Mantan Sekretaris Negara ini mengatakan, jika tidak usaha takkan bergerak karena beban pajak terlalu berat
"Presiden harus beri arahan yang tegas dalam menegakkan hukum agar birokrat tidak berada dalam ketakutan menyerap APBN atau APBD. Dalam situasi seperti sekarang government expenditure akan menjadi roda penggerak perekonomian di daerah dan membuka lapangan kerja," katanya.
Dirinya sadar, situasi yang dihadapi memang berat. Namun, pemerintah harus mampu beri keyakinan kepada kelas menengah dan pelaku ekonomi. Mampu memberi keyakinan bahwa kebijakan pemerintah berada pada jalur yang benar dan memberi harapan masalah bisa diselesaikan.
"Kalau tidak, kemungkinan kapital akan lari dan pengusaha pindah ke negara lain yang lebih menjanjikan harapan dan kepastian. Ini bukan soal memberi keyakinan dan harapan pada rakyat kecil yang memang kurang paham detil persoalan kebijakan ekonomi," katanya.
Yusril menyebutkan, rakyat kecil takkan lari kemana-mana dan takkan meninggalkan negara ini betapapun sulitnya keadaan.
"Namun pemerintah harus menjelaskan keadaan yang sesungguhnya kepada rakyat, agar tidak terjerumus dalam harapan yang sia-sia. Tidak tercapainya target pertumbuhan ekonomi sudah pasti akan berdampak pada peningkatan jumlah orang miskin dan pengangguran," katanya.
Untuk itu dirinya berharap pemerintah akan mampu mencari jalan keluar dari keadaan yang sulit ini. Selain itu mampu pula memberi keyakinan bahwa kebijakan yang diambilnya memberikan harapan kita akan mampu menghadapi berbagai tekanan dan keluar dari kesulitan.