AEPI Temukan 10 Masalah Mendasar Perekonomian Indonesia
Target pajak menurut Salamudin juga bermasalah karena peningkatan pendapatan dalam APBNP 2015 yang naik sebesar 30,27%.
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asoiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) menemukan 10 masalah ekonomi mendasar yang membuat rakyat semakin terbebani dan terhimpit dalam kehidupan. Direktur AEPI, Salamudin Daeng, mengatakan bahwa merosotnya pertumbuhan ekonomi semenjak 2009 pada kwartal II 2015 di posisi 4,67%.
"Sebelumnya diproyeksikan sebesar 5,2% dan nyatanya saat ini hanya 4,7% pada kuartal pertama dan 4,67% pada kuartal kedua tahun 2015. Ini baru sebagian masalah yang dihadapi oleh rakyat," ujarnya saat diskusi tentang perekonomian Indonesia di Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (2/9/2015).
Kemudian, kondisi yang akan menambah beban defisit neraca pembayaran dan defisit pendapatan primer karena menurunnya nilai tukar rupiah yang merosot hingga 20,25%. Terhitung mulai September 2014 yang berada di angka Rp 11,651/USD dan sekarang mencapai Rp 14,011/USD.
Target pajak menurut Salamudin juga bermasalah karena peningkatan pendapatan dalam APBNP 2015 yang naik sebesar 30,27% yang artinya tidak akan tercapai karena melihat kondisi saat ini.
"Terlalu ambisius target pajak hari ini. Hanya cukai dari tembakau saja yang masih bisa diharapkan karena ada peningkatan 23,4% dari Rp 145,7 triliun yang mencapai Rp 195,0 triliun," tambahnya.
Salamudin juga mengatakan bahwa inflasi bergerak semakin cepat dalam beberapa bulan terakhir melebihi 7% pada bulan Mei dan Juni setiap tahunnya. Peningkatan ini yang mengakibatkan alasan utama kenaikan harga konsumen secara signifikan.
Lebih lanjut, dirinya mengatakan bahwa melemahnya laju pertumbuhan ekonomi telah berimbas pada lesunya pembukaan lapangan kerja dengan tingkat pertumbuhan tenaga kerja yang hanya cukup menyerap populasi usia kerja.
"Banyak yang bilang, terjadi PHK disana-sini. Sebenarnya, saya yakin yang tidak terlihat atau di sektor informal jauh lebih banyak yang sudah tidak bekerja lagi," katanya.
Paling parah, menurut Salamudin adalah daya beli masyarakat yang semakin menurun. Dengan perbandingan 4,7% pada kuartal pertama yang menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 5,3%. Sedangkan konsumsi masyarakat memegang kendali 55% perekonomian Indonesia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.