Persediaan Sukuk Makin Sedikit
Suplai yang menipis sejatinya berpeluang mengerek harga sukuk di pasar sekunder
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pasokan surat berharga syariah negara (SBSN) alias sukuk bakal menipis. Maklum, sejauh ini, penerbitan sukuk telah melampaui target dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2015.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan semula mematok penerbitan sukuk sebesar 20,1% dari target penerbitan surat berharga negara (SBN) bruto yang mencapai Rp 452,18 triliun. Itu artinya, target emisi sukuk negara sekitar Rp 90,88 triliun.
Namun, per 2 September 2015, penerbitan sukuk sudah mencapai Rp 96,84 triliun. Padahal, pemerintah masih memiliki jadwal penerbitan sukuk sebanyak lima kali.
Ariawan, Analis Sucorinvest Central Gani, mengatakan, suplai sukuk akan makin terbatas lantaran realisasi total penerbitan SBN sudah mencapai 87,5% dari target. "Target penerbitan SBN hampir terpenuhi, sehingga pasokan sukuk juga akan semakin terbatas," ujarnya, Rabu (16/9).
Menurutnya, suplai yang menipis sejatinya berpeluang mengerek harga sukuk di pasar sekunder. Tapi, di sisi lain kondisi pasar obligasi masih tergencet kondisi global berupa ketidakpastian kenaikan suku bunga Amerika Serikat, perlambatan ekonomi China dan pelemahan mata uang kawasan Asia. Apalagi, kondisi perekonomian domestik masih akan memicu volatilitas pasar obligasi.
"Tapi, setidaknya ada sentimen positif dari berkurangnya suplai, sehingga bisa menahan penurunan harga," papar Ariawan. Sementara, analis Millenium Danatama Indonesia Desmon Silitonga menduga, pemerintah tetap akan menggelar lelang sukuk sesuai jadwal. Ini sebagai antisipasi adanya potensi pelebaran defisit APBN. Walaupun nantinya pemerintah menggelar lelang, pasar masih akan menyerap pasokan tersebut.
Sukuk masih menarik bagi investor sebab instrumen ini dianggap aman, karena memiliki aset dasar yang dijamin negara. Selain itu, imbal hasilnya di atas obligasi konvensional. Apalagi instrumen investasi syariah terbatas.
Menurut Desmon, investor bisa mulai mengakumulasi beli di tengah fluktuasi pasar saat ini. Tekanan pasar obligasi mendorong harga sukuk cukup murah. Di sisi lain, imbal hasilnya sudah menarik. Selasa (15/9) lalu, yield seri PBS006 bertenor lima tahun di level 8,37%, naik dibanding awal Januari sekitar 8,13%. Tapi, Desmon menyarankan koleksi sukuk bertenor 10 tahun ke atas. Sebab, imbal hasilnya lebih tinggi ketimbang tenor pendek. Harga seri tenor panjang juga lebih cepat pulih bila pasar bullish. (Wahyu Satriani)