Harga BBM Turun 5 Persen Saja Bisa Menolong Ratusan Ribu Masyarakat
Penurunan harga BBM jenis Premiun dinilai sebagian kalangan cara ampuh meringankan beban rakyat
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Premiun dinilai sebagian kalangan cara ampuh meringankan beban rakyat di tengah merosotnya daya beli akibat pelemahan perekonomian nasional saat ini.
Menurut Kepala Kajian Kemiskinan dan Perlindungan Sosial LPEM Universitas Indonesia (UI) Teguh Dartanto, perubahan harga BBM, naik atau turun, sangatlah berpengaruh besar bagi angka kemiskinan di Indonesia. Berdasarkan penelitian LPEM UI, setiap penurunan 5 persen harga premium akan menyelamatkan daya beli ratusan ribu rakyat Indonesia.
"Kalau BBM turun 5 persen atau sekitar Rp 400 itu 165.000 orang akan bisa terselamatkan. Itu hitungan kami. Ini bisa jadi solusi," ujar Teguh dalam acara diskusi energi di Jakakarta, Minggu (20/9/2015).
Dia melanjutkan, angka kemiskinan yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) hingga Maret 2015, yang dirilis belum lama ini mengungkap, terjadi kenaikan 860.000 angka masyarakat miskin. Menurut dia, hal itu disebabkan kenaikan harga BBM pada akhir tahun lalu.
Ia menyebutkan, kebijakan penurunan harga BBM tak bisa dibebankan kepada Pertamina saja. Pemerintah kata dia menjadi pihak yang paling besar dalam penentuan harga BBM jenis premium.
Sementara itu, ekonom Destry Damayanti juga mengatakan penurunan harga BBM akan memiliki dampak yang besar kepada perekonomian terutama terhadap tingkat inflasi. "Kalau BBM diturunkan dampak akan sangat signifikan. Setiap 10 persen penurunan harga BBM, 0,5 sampai 0,7 inflasi akan turun," kata dia.
Meski begitu, dia menilai bahwa penyesuaian harga BBM tidak bisa dilakukan setiap saat karena akan membuat gejolak di masyakarat. Dia bilang, skema evaluasi harga BBM 6 bulan atau 3 bulan sekali tepat dilakukan saat ini.
Ada satu hal yang penting disorot Destry, pemerintah diminta tak "mencla mencle" mengubah skema penyesuaian harga BBM. Pasalnya, hal itu akan menentukan kredibelitas pemerintah di mata dunia usaha. "Hanya saja di Indonesia ini kebijakan gampang berubah. Nah harus hati-hati kredibelitas pemerintah dilihat nanti. Kalau ada policy dan diralat dalam waktu dekat malah enggak nyaman," ucap dia.
Saat ini harga minyak dunia terus mengalami trend penurunan. Pada Jumat (19/9/2015), harga minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober 2015 turun 2,22 dollar AS menjadi 44,68 dollar AS per barel. Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November mendatang kehilangan 1,61 dollar AS menjadi 47,47 dollar AS per barel dalam perdagangan London. (Yoga Sukmana)