Produk Impor Lebih Disukai karena Gengsi
Wakil Gubernur Jawa Tengah mengatakan pemerintah daerah terus mendorong masyarakatnya meningkatkan produksi dalam negeri.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko mengatakan, pemerintah daerah terus mendorong masyarakatnya meningkatkan produksi dalam negeri.
Meski begitu, ia menyesalkan masih banyak masyarakat yang lebih suka mengkonsumsi produk luar negeri daripada produk lokal.
"Masyarakat kita masih banyak berpikir barang luar negeri lebih bagus dan prestige," ujar Heru dalam acara sosialisasi Desk Khusus Investasi sektor Tekstil dan Sepatu di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (15/10/2015).
Misalnya, sebut Heru, dalam sektor pangan, bahan baku kedelai pada tempe yang sehari-hari dikonsumsi, masih banyak yang impor. Ada juga daging sapi impor yang dianggap kualitasnya lebih bagus, padahal di dearah banyak peternakan sapi.
Dalam sektor tekstil, kata Heru, masih banyak yang berpikir baju impor lebih bergengsi ketimbang baju buatan negeri sendiri seperti batik. "Bukannya kami anti-barang impor karena kita masih butuhkan juga, terutama yang tidak diproduksi kita," kata Heru.
Pemprov Jateng telah menerapkan hari-hari tertentu untuk mengenakan baju buatan lokal. Pada haris Selasa, mereka mengenakan pakaian tenun lurik. Pada hari Rabu hingga Jumat, mereka mengenakan batik. Heru mengatakan, aturan tersebut hanya imbauan, bukan kewajiban.
Ia menganggap, dengan cara seperti itu, kecintaan masyarakat dengan produk lokal akan bertambah. (Ambaranie Nadia Kemala Movanita )