Gojek dan Grab Bixe Muncul Bikin Saham Blue Bird dan Taksi Express Tertekan
Bagaimana prospek kinerja PT Blue Bird Tbk (BIRD) dan PT Express Transindo Utama setelah muncul Gojek dan Grab Bike?
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Yulis Sulistyawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Persaingan bisnis transportasi khususnya darat semakin ketat.
Bagaimana prospek kinerja dua perusahaan terbuka atau emiten yaitu PT Blue Bird Tbk (BIRD) dan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) yang bisnis utamanya mengoperasikan taksi?
Analis PT Pefindo Guntur Tri Hariyanto mengatakan, prospek untuk emiten yang bergerak di bidang transportasi yang lebih menitikberatkan pada taksi,saat ini sedang mengalami tekanan yang cukup berat.
"Dengan adanya transportasi berbasis aplikasi seperti Go-Jek, GrabBike dan Uber, maka persaingan terhadap jasa alternatif semakin ketat. Jadi pelanggan memiliki pilihan yang lebih beragam," ujar Guntur Tri Haryanto kepada Tribun, Jakarta, Selasa (3/11/2015).
Menurut Guntur, BIRD dan TAXI dalam menjalankan bisnisnya memerlukan modal yang besar untuk pembelian armadanya.
Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian manajemen dalam melakukan ekspansi di tengah persaingan yang semakin ketat. Tujuannya yakni agar tidak terpukul dengan beban bunga kredit utangnya.
"Biasanya kan untuk ekspansi itu didanai utang dari perbankan atau instrumen lainnya. Persaiangan sekarang itu ketat, sedangkan pesaing (aplikasi) tidak menggunakan asetnya dalam berbisnis, tetapi pakai aset dari orang lain, sehingga mereka lebih efisien," tutur Guntur Tri Haryanto.
Agar kedua emiten tersebut dapat bertahan di tengah persaiangan yang ketat, maka diperlukan peningkatan kualitas layanan dan berinovasi secara terus menerus.
Berdasarkan kondisi tersebut, Guntur mengimbau investor agar menahan diri dan melihat perkembangan bisnis ke dua perusahaan tersebut.
Guntur Tri Haryanto memprediksi, level batas bawah dan atas saham BIRD pada kisaran Rp 5.800-Rp 6.500, sedangkan saham TAXI antara Rp 230-Rp 300 per saham.
"Investor perlu wait and see kemana arah perubahan industri ini, karena sekarang persaingan sudah ketat," ucap Guntur.
BIRD resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada 5 November 2014.
Ketika itu BIRD melakukan penawaran umum perdana (initial public offring/IPO) dengan melepas 376,50 juta saham ke publik seharga Rp 6.500 per saham.
Dana hasil IPO tersebut dipergunakan perseroan untuk belanja modal seperti pembelian kendaraan dan akuisisi pool.
Selain itu, dananya tersebut untuk melunasi pinjaman dan modal kerja perseroan serta anak usaha.
Hingga kuartal III 2015, perusahaan yang memiliki logo burung biru meraih pendapatan Rp 4,03 triliun, naik dibandingkan perolehan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 3,44 triliun.
Atas pencapaian tersebut, BIRD mendulang keuntungan sebesar Rp 625,42 miliar atau naik 16,43 persen dibandingkan periode yang sama pada 2014 senilai Rp 537,14 miliar.
Sementara TAXI mencatatkan perdana saham di BEI pada 2 November 2012.
Saat itu, TAXI menawarkan harga saham IPO sebesar Rp 560 per lembar dengan menawarkan 1,05 miliar lembar saham ke publik.
Dana segar hasil IPO, dipergunakan untuk pembelian armada baru, pembayaran utang perseroan ke perbankan nasional dan sebagian untuk akuisisi kepemilikan saham perseroan yang sebelumnya dimiliki PT Express Mulia Kencana.
Perusahaan TAXI berwarna putih tersebut, pada sembilan bulan tahun ini mengalami penurunan laba bersih hampir 90 persen menjadi Rp 11,08 miliar dari pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya Rp 109,04 miliar.
Tercatat, pendapatan TAXI mencapai Rp 721 miliar atau naik 13 perseroan dari periode yang sama pada 2014 Rp 640 miliar.
Pada perdagangan hari ini pukul 14.22 WIB, saham BIRD berada di level Rp 6.000, sedangkan saham TAXI di posisi Rp 226 per saham.