Monopoli Terselubung 'Trader' Jadi Penyebab Tingginya Harga Gas
Harga gas di Indonesia yang menggunakan formula fix price dinilai sulit untuk turun padahal harga minyak saat ini sudah turun jauh.
Editor: Sanusi
Menurut Hari, margin keuntungan para trader 50-90 sen dolar AS per MMBTU dengan internal rate of return (IRR) berkisar 11-14 persen tidak seperti yang selama ini. Pasalnya ada perusahaan yang mengambil IRR hingga 30 persen padahal di hulu saja IRR hanya 14 persen.
“Selama ini ada trader yang mengambil margin keuntungan besar sekali antara 3-4 dolar AS per MMBTU. Mereka membeli dari perusahaan gas 5 dolar AS per MMBTU dan menjualnya di harga 9 dolar AS per MMBTU,” ujarnya.
Hari juga mendesak pemerintah untuk menertibkan trader sehingga harga yang sampai ke industri benar-benar harga yang sesuai. Apalagi kalau itu dilakukan oleh BUMN yang tidak seluruhnya sahamnya oleh pemerintah.
“Harusnya pemerintah lebih bisa mengendalikannya. Penataan di sektor midstream menjadi sangat penting dilakukan sehingga lebih efisien untuk mendapatkan harga yang lebih pas,” katanya.
Terkait dengan harga gas, Hari juga menyarankan, untuk jangka pendek seiring harga minyak yang turun harga gas juga bisa diturunkan tetapi porsi pemerintah yang diturunkan. Pasalnya, industri membutuhkan gas dan juga dalam kondisi ekonomi seperti sekarang diharapkan harga gas juga turun. Namun, penurunan harga gas itu diambil dari porsi pemerintah karena pelaku usaha tentu sulit untuk mengurangi margin mereka.
Untuk jangka panjang pemerintah juga butuh pemasukan dari sektor gas, Hari menyarankan sebaikanya dilakukan perubahan formula harga gas dari formula saat ini yakni fix price menjadi harga yang dihubungkan dengan harga minyak. Harga gas akan naik dan turun dengan mengikuti harga gas.
Tetapi pemerintah juga menetapkan harga batas bawah misalkan diangka 3-4 dolar AS per MMBTU di atasnya mengikuti harga minyak.