Pasar Modal Akan Membaik Setelah BI Rate Diturunkan
Keputusan pemangkasan BI Rate tersebut diyakini memberikan angin segar ke pasar modal
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - 11 bulan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 7,50 persen sejak 17 Februari 2015, setelah bulan sebelumnya di posisi 7,75 persen.
Pada 13-14 Januari 2015, Rapat Dewan Gubernur (RDG) berlangsung dan memutuskan memangkas BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,25 persen, dengan suku bunga deposit facility 5,25 persen dan lending facility pada level 7,75 persen.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, keputusan ini sejalan dengan pernyataan BI sebelumnya bahwa ruang pelonggaran kebijakan moneter semakin terbuka dengan terjaganya stabilitas makroekonomi, serta mempertimbangkan ketidakpastian pasar keuangan global yang mereda pascakebaikan suku bunga The Fed.
"Penurunan BI Rate secara terukur diharapkan dapat memperkuat pelonggaran kebijakan makroprudensial dan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) yang telah dilakukan sebelumnya," ujar Tirta beberapa waktu lalu.
Keputusan pemangkasan BI Rate tersebut diyakini memberikan angin segar ke pasar modal dan akhirnya menggerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin menguat.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menyatakan, sudah sepatutnya Bank Indonesia menurunkan BI Rate karena inflasi pada saat ini sudah rendah dan diharapkan inflasi dapat ditekan lagi menjadi 2,5 persen agar penurunan BI Rate kembali terjadi.
"BI Rate turun itu keputusan yang baik, pihak moneter merasa inflasi sudah bisa dikendalikan. Ini menjadi suatu kondisi yang sangat optimal untuk pasar modal," tutur Tito.
Adanya penutunan BI Rate pastinya nanti akan diikuti oleh penurunan suku bunga dana yang akhirnya menurunkan biaya pinjaman bagi pelaku usaha, alhasil penyaluran kredit perbankan semakin tinggi dan aktivitas perekonomian dalam negeri semakin menggeliat.
Analis PT Pefino Hendro Utomo melihat kinerja perbankan nasional ke depan akan lebih membaik setelah Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) menjadi 7,25 persen.
"Memang bagi industri perbankan, salah satu obat yang cepat dampaknya yaitu tingkat bunga rendah," ujar Hendro.
Hendro menilai, selama ini yang menjadi tantangan industri perbankan yaitu tingginya BI Rate dan membuat bunga pinjaman perbankan tidak dapat diturunkan ditengah terjadinya perlambatan ekonomi.
"Seharusnya jika perekonomian melambat, tingkat suku bunga turun, kalau tidak turun pertumbuhan relatif rendah," ucapnya.