Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

TNI AU Keberatan, Trase Proyek Kereta Cepat Membahayakan Aktivitas Militer

Lokasi tersebut bisa berdampak negatif bagi pelaksanaan tugas bandara sebagai pangkalan militer.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in TNI AU Keberatan, Trase Proyek Kereta Cepat Membahayakan Aktivitas Militer
TRIBUN JABAR/BUKBIS CANDRA ISMET BEY
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo berbincang bersama Gubernur Jawa Barat berjalan pada acara peletakan batu pertama pembangunan proyek kereta cepat Bandung-Jakarta di Desa Mandalasar, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (21/1/2016). 

JAKARTA. Mega proyek andalan prioritas Pemerintahan Presiden Joko Widodo, yakni kereta cepat Jakarta-Bandung terus menuai kontroversi.

Setelah pro dan kontra atas analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) selesai, protes kini datang dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) dan Geofisika (BMKG).  

Lewat surat bernomor B/65-09/21/16/Disfaskonau, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna menyampaikan keberatan ke Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmayanto atas pemanfaatan Lapangan Udara Halim Perdanakusuma sebagai salah satu lokasi stasiun proyek kereta cepat.

Lokasi tersebut bisa berdampak negatif bagi pelaksanaan tugas bandara sebagai pangkalan militer.

Agus menyarankan lokasi  stasiun dipindah di tanah TNI AU yang ada di Cipinang Melayu yang punya luas 20 hektare (ha), ketimbang lokasi awal di Halim yang cuma delapan hektare. Namun, untuk bisa memanfaatkan lahan tersebut, Agus minta  kajian lebih lanjut.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Madya Dwi Badrmanto belum merespon saat dikonfirmasi lewat pesan singkat dan telepon.

Soal keberatan BMKG, lembaga tersebut mengingatkan ke pemerintah bahwa lokasi kereta cepat Jakarta-Bandung berdekatan dengan sumber gempa bumi yaitu sesar aktif dan zona subduksi lempeng Samudera Hindia. Alhasil, risiko gempa bisa mengadang proyek  senilai US$5,5 miliar.

BERITA TERKAIT

Hermanto Dwiatmoko, Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan bilang dalam rekomendasi tersebut, tingkat guncangan gempa bumi yang terjadi di area tersebut, terutama di kilometer 80 sampai 100, bisa menimbulkan dampak signifikan sehingga perlu kajian sesmologi dan ada sistem peringatan dini.

"Ini sudah kami sampaikan kepada mereka (investor kereta cepat)," katanya, Rabu (3/2/2016).

Meskipun terpampang dua kendala serius yang bisa mengganggu proyek, investor proyek kereta cepat tak patah arang.

Hanggoro Budi Wiryawan, Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) bilang, bahwa setiap kendala di proyek transportasi tersebut masih bisa diperbaiki. Peluang untuk merevisi Peraturan Menteri terkait proyek ini juga masih terbuka.

Hanggoro berargumen, masih butuh penelitian lebih lanjut rekomendasi BMKG dan dari TNI AU tersebut Jika memang hasil penelitian itu berdampak negatif, KCIC siap merubah trase kereta cepat Jakarta Bandung tersebut.

"Sampaikan ke kami, nanti kami direvisi. Tapi ini juga akan merubah yang lain karena perubahan titik akan merubah desain dan pembiayaan," ujarnya.

Sebaliknya Hermanto menyebut, jika ada perubahan maka KCIC harus menyampaikan ke pemerintah. Namun,  hingga saat ini,  Kemhub belum menerima permintaan KCIC atas perubahan trase kereta api cepat itu. 

Halaman
12
Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas