Kemenperin Minta Toyota Tambah Investasi di Bahan Baku dan Komponen Otomotif
Kemenperin mencatat, merek Toyota di Indonesia menguasai sekitar 31-32 persen pasar domestik.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tak hanya memperkuat fasilitas perakitan mobil dan mesin, Toyota Motor Corporation (TMC) juga diminta oleh Menteri Perindustrian Saleh Husin agar berinvestasi lebih di sektor bahan baku dan komponen otomotif.
Tak hanya itu, Menteri Saleh yang berkunjung ke Nagoya, Jepang, untuk bertemu dengan Executive Vice President TMC Seiichi Sudo, Kamis (18/2/2016), juga mendesak TMC agar membangun fasilitas penelitian dan pengembangan (research and development/ R&D).
Hal ini bertujuan untuk lebih memperkuat struktur industri otomotif Jepang yang ada di Indonesia saat ini. Kemenperin mencatat, merek Toyota di Indonesia menguasai sekitar 31-32 persen pasar domestik.
Sebagai gambaran, dibandingkan dengan Thailand yang jumlah penduduknya mencapai 67,2 juta jiwa, telah memproduksi sekitar 2,5 juta unit mobil/ tahun (50 persen untuk pasar domestik dan selebihnya untuk ekspor).
Sementara Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 250 Juta orang dengan jumlah penduduk berpenghasilan menengah sebesar 74 juta orang, seharusnya sudah mampu memproduksi lebih dari apa yang sudah dicapai saat ini.
Industri Komponen
Industri komponen juga didorong untuk dikembangkan oleh pabrikan Jepang. Hal ini demi meningkatkan kandungan lokal produk otomotif. Realisasi produk komponen ini juga didukung oleh pengembangan industri pendukung.
Antara lain, pembangunan pabrik karet sintetik patungan antara Chandra Asri dan Michelin, pengembangan produksi baja untuk kendaraan bermotor yang dilakukan oleh Krakatau Steel, Nippon Steel, JFE Steel (Jepang) dan Posco (Korea Selatan) serta produksi resin oleh Adi Wira Plastic.
Saat ini, pasar terbesar Toyota adalah AS, disusul Jepang, China, Indonesia, Timur Tengah, dan yang keenam adalah Thailand.
Wakil Presdir Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Warih Andang Tjahjono mengatakan, pihaknya tengah mengembangkan studi produksi bio-ethanol dari rumput gajah. Inovasi ini dilakukan Toyota Motor bekerja sama dengan Pertamina dan RNI. Lokasi kebun di Lampung seluas 20 hektar, juga dikembangkan di sekitar lokasi pabrik Toyota di Karawang.
”Pengembangan bahan bakar bio ethanol dari rumput gajah merupakan inovasi cerdas di saat pengembangan bahan bakar alternatif di dunia bertumpu pada tanaman tebu, sawit, kedelai dan lain-lain,” kata Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Yusron Ihza Mahendra pada kesempatan yang sama.
Penulis: Donny Apriliananda